Jumat, 12 April 2013

Yang Terbaca dan Yang Terdengar


Suatu ketika, aku sejenak menerka isi dadamu
Membaca matamu, menyimak degup jantungmu
Dan aku mengerti bahwa kau masih menaruh setangkup air di atas daun yang dulu kau tinggal
Dan aku ingin pastikan penglihatanmu
Aku ragu-ragu tak tahu
Lalu kau pun berkata hanya masa lalu
Aku tak sepenuhnya percaya kata-kata itu
Aku lebih yakin pada isyaratmu
Yang terbaca padamu dan yang terdengar dariku 
Hancur berkeping-keping aku
Tapi marahku tak beralasan padamu


Pada apa harus aku jadikan marahku
Pada udarakah?
Pada danaukah?
Pada samuderakah?
Atau pada sang waktu yang tak jua pergi saat aku terluka parah, dan tak segera datang saat aku nantikan geraknya melewatiku berlalu?
Atau aku harus tenggelam dalam dekap kebimbangan sebelum aku jadi gelisah menanti tetes embun yang berjatuhan dari ujung dedaunan kala fajar itu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar