Minggu, 14 Juli 2013

Sad story

      Siang tadi aku bertemu dengan salah satu kerabatku yang diterima di perguruan tinggi di Surabaya. Awalnya perbincangan kami seputar rencana kehidupan kami kedepannya setelah meninggalkan kota Jogja tercinta. Dia juga barusaja membeli tiket kereta api untuk keberangkatannya ke Surabaya hari Minggu besok guna mengurus registrasi disana. Aku pun begitu, dalam waktu dekat aku akan ke Solo, semua berkas sudah ku siapkan, dan berbagai pertanyaan juga sudah siap kuajukan. Aku yang tadinya merasa sendirian, kini rasanya ada yang menemani menjalani hidup baru sendirian. Ada dia yang ke Surabaya, dan juga temanku yang diterima di Semarang dan Makassar.
            Akhirnya perbincangan kami pun mengerucut pada salah satu seseorang. Dia adalah “teman dekat”nya kerabatku itu. Ntah bagaimana hubungan mereka itu, tapi sudah sangat jelas bahwa mereka memiliki ikatan, walaupun belum diresmikan. Kerabatku itu bercerita tentang teman dekatnya yang belum lolos perguruan tinggi. Dia sangat menyayangkan teman dekatnya itu. Dia sangat ingin membantu, bahkan  rela mengantarkan buku dan soal-soal guna membantu belajar ke rumah teman dekatnya yang jaraknya cukup jauh menurutku.
            Kerabatku sangat beruntung bisa diterima di jurusan dan perguruang tinggi yang dia incar sejak lama. Tapi di sisi lain dia harus meninggalkan teman dekatnya. Dan perasaan takut kehilangannya itu pasti lebih besar daripada kebahagiaan dan kebanggaannya. Membuat semua menjadi hambar, serasa jiwa melayang, hanya mengikuti angin kemana akan berhembus.


     Karena aku pun merasakan hal yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar