Hujan abu pagi tadi
mengingatkan aku pada peristiwa yang sama dua tahun yang lalu. Pertama kali aku
melihat abu bertebaran itu ketika aku sedang mengikuti kegiatan perkemahan PMR
di Babarsari. Waktu itu hujan abu juga terjadi dini hari. Tenda tempatku dan
teman-teman berteduh sudah berembun campur abu. Dan saat itu aku pun sadar
bahwa bahaya gunung merapi meletus tengah kurasakan.
Dalam perjalanan pulang dari
perkemahan, semuanya abu-abu. Jalanan, gedung-gedung, kendaraan,
udara, semuanya abu-abu. Wah, keren sekali ini. Selama sekian tahun di Jogja
aku sudah merasakan dua bencana yang menggemparkan seantero jagad raya, yaitu
gempa bumi dan gunung meletus. Jogja memang istimewa, Allah memberikan ujian
yang berat berupa bencana-bencana yang dahsyat supaya masyarakatnya selalu ingat kematian dan mendekat kepadaNya.
Aku mencoba mengambil satu
langkah lebih dekat dengan kabar bencana gunung meletus itu dengan memantau kabar
temanku yang tinggalnya di Muntilan. Dia harus mengungsi karena kawasan
rumahnya dalam radius waspada, dia juga tidak bisa berangkat sekolah ke Jogja
karena jembatan yang menghubungkan Muntilan-Jogja putus karena arus lahar dingin. Masya Allah, ini
benar-benar bencana, ku pikir begitu. Tapi temanku itu dengan bijaknya berkata,
"Inna ma'al 'usri yusra, fa inna ma'al 'usri yusro" yang artinya
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al-Insyirah: 5-6). Semoga masyarakat disana juga percaya akan ayat
ini. Allah pasti akan memberikan ganjaran yang setimpal kepada hambanya yang
bisa berlapang dada menghadapi ujianNya.
Pagi ini, ketika hujan abu itu kembali menggemparkan masyarakat Jogja. Aku kembali
teringat, "Inna ma'al 'usri yusra, fa inna ma'al 'usri yusro". Aku ingin selalu mengingat itu saja. Agar hati selalu tenang dan lapang ketika menghadapi cobaan, bukannya mengeluh dan ingin lenyap dari kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar