Minggu, 28 Juli 2013

Sebelum (benar-benar) Berpisah

Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Kita berbincang tentang memori di masa itu
Peluk tubuhku usapkan juga air mataku
Kita terharu seakan tidak bertemu lagi

Bersenang-senanglah
Karena hari ini yang kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Karna waktu ini yang kan kita banggakan di hari tua...

Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah
Karena hari ini yang kan kita rindukan
Di hari nanti...

Mungkin diriku masih ingin bersama kalian

Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian

:-(

Narsis ala maba :-D

Lambang UNS di kancing jas almamater


 First time narsis pake jas almamater UNS :D

Stiker Mayoga dan UNS di lemari belajar.. 


First announcement from UNS ^_^


JUST KIDDING :-P


Kamis, 25 Juli 2013

Ketika nanti bersamamu

Ku mohon berbaik hatilah padaku
Jangan buat aku takut, apalagi benci
Ku mohon ajak aku bicara
Jangan biarkan aku sendiri mengenang kejinya rindu
Ku mohon ajak aku tertawa
Agar hatiku damai memulai kehidupan bersamamu
Ku mohon untuk kau arahkan 
Agar aku bangga akan menyatu dengan duniamu
Ku mohon beri rasa percayamu padaku
Agar aku merasa kau bisa menjagaku
Ku mohon berilah aku kesempatan
Untuk ikhlas bersahabat dengan keadaan yang baru
Ketika nanti bersamamu


*Teruntuk calon dunia baruku... I will try to love you more!!*
H-20 kepindahan 

Rabu, 24 Juli 2013

"-_-

Rasanya tak lelah menuliskan tentang perasaan yang naif ini. Rasanya tak ada ujungnya aku bercerita tentang apa saja yang bergejolak dalam hati dan menari-nari dalam pikiran ini. Aku sudah meminta, cukup ini yang terakhir kali, aku tak ingin lagi bermain ilusi denganmu. Aku sudah lelah tenggelam dalam samuderamu, yang ombaknya kerap menghantamku keras hingga tergores luka di tepian. Namun, tangan ini selalu ingin merangkai huruf-huruf menjadi seuntai cerita tentang dirimu. Juga hati ini tetap bertahan merasakan pahitnya keadaan yang tidak memihakku padamu. Ah, aku tidak pantas seperti ini.
Aku tidak tahu bagaimana nanti kedepannya. Tapi aku sudah tidak tahan untuk menuliskannya. Aku berharap awan masih mau menjadi saksi dilemaku. Aku berharap hujan masih membersamaiku di tengah tandusnya penantianku. Aku berharap angin selalu sampaikan salam rinduku ketika lautan, benua, ruang, dan waktu menghalangi jumpaku denganmu.
Aku dan kamu masih anak-anak, walaupun usia kita bukan lagi usia anak-anak. Tapi kalau membicarakan perasaan yang naif ini, semuanya terbuncah seperti nantinya tidak akan terjadi penyesalan. Aku belum bisa berfikir panjang. Aku tidak tahu nantinya aku akan menyesal atau tidak. 
Sudah kukatakan, ini sudah terlalu lama, dan ini sudah terlalu kuat. Tapi aku tidak ingin peduli bagaimana denganmu. Yang aku tahu dan rasakan, aku tidak lebih dari yang dulu pernah denganmu. Bukan tentu pacar, bukan tentu teman dekat. Cemburu itu bisa hadir dengan siapa saja yang menurutku jauh lebih baik. Tapi aku selalu merasa debu dibanding mereka yang seperti angin, bisa menyingkirkan aku darimu kapan saja.
Aku tahu ini terlalu labil. Masih banyak diluar sana yang mungkin akan menjadi pertimbanganku dan kamu. Masih panjang waktu kita untuk bertemu jiwa-jiwa yang mungkin lebih menyenangkan. Masih ada kesempatan untuk aku dan kamu memantaskan diri, ntah nanti dengan siapa aku dan kamu akan berlabuh.

Terimakasih telah menjadi gejolak dalam hatiku. Izinkan aku untuk tetap menulis gejolak ini, sebelum Sang Pemilik Cinta merenggutnya dariku.

Sampai jumpa di skenario selanjutnya.

Senin, 22 Juli 2013

Hujan Abu

           Hujan abu pagi tadi mengingatkan aku pada peristiwa yang sama dua tahun yang lalu. Pertama kali aku melihat abu bertebaran itu ketika aku sedang mengikuti kegiatan perkemahan PMR di Babarsari. Waktu itu hujan abu juga terjadi dini hari. Tenda tempatku dan teman-teman berteduh sudah berembun campur abu. Dan saat itu aku pun sadar bahwa bahaya gunung merapi meletus tengah kurasakan.
       Dalam perjalanan pulang dari perkemahan, semuanya abu-abu. Jalanan, gedung-gedung, kendaraan, udara, semuanya abu-abu. Wah, keren sekali ini. Selama sekian tahun di Jogja aku sudah merasakan dua bencana yang menggemparkan seantero jagad raya, yaitu gempa bumi dan gunung meletus. Jogja memang istimewa, Allah memberikan ujian yang berat berupa bencana-bencana yang dahsyat supaya masyarakatnya selalu ingat kematian dan mendekat kepadaNya.
       Aku mencoba mengambil satu langkah lebih dekat dengan kabar bencana gunung meletus itu dengan memantau kabar temanku yang tinggalnya di Muntilan. Dia harus mengungsi karena kawasan rumahnya dalam radius waspada, dia juga tidak bisa berangkat sekolah ke Jogja karena jembatan yang menghubungkan Muntilan-Jogja putus karena arus lahar dingin. Masya Allah, ini benar-benar bencana, ku pikir begitu. Tapi temanku itu dengan bijaknya berkata, "Inna ma'al 'usri yusra, fa inna ma'al 'usri yusro yang artinya sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al-Insyirah: 5-6). Semoga masyarakat disana juga percaya akan ayat ini. Allah pasti akan memberikan ganjaran yang setimpal kepada hambanya yang bisa berlapang dada menghadapi ujianNya.
         Pagi ini, ketika hujan abu itu kembali menggemparkan masyarakat Jogja. Aku kembali teringat, "Inna ma'al 'usri yusra, fa inna ma'al 'usri yusro". Aku ingin selalu mengingat itu saja. Agar hati selalu tenang dan lapang ketika menghadapi cobaan, bukannya mengeluh dan ingin lenyap dari kenyataan.

Seharusnya Dia Bahagia.

          Seharusnya dia bahagia. Dia mampu membuat bahagia kedua orangtuanya karena dia berhasil diterima di Perguruan Tinggi Negeri, walaupun sebenarnya PTN tersebut bukan yang paling dia inginkan, tapi dia tetap tak henti memanjatkan rasa syukur.
         Seharusnya dia bahagia. Dia mampu menjadi kebanggaan ayahnya. Ayahnya selalu memujinya dan sangat mengandalkan keberhasilan dia kelak. Wajar saja, karena dia adalah anak pertama. Segala fasilitas yang mendukung kenyamanannya kuliah di luar kota yang tidak jauh dari kota dimana ia tinggal itu pun sudah dipersiapkan. Sudah jauh-jauh hari dia di arahkan agar menjadi mahasiswa yang berprestasi dan sukses.
            Seharusnya dia bahagia. Dia memiliki orangtua yang sangat cukup secara ekonomi. Sehingga biaya kuliah yang terbilang mahal itupun tidak menjadi masalah baginya. Namun dia tetap kukuh akan mencari beasiswa untuk mengurangi biayanya, disamping dia memiliki dua orang adik yang juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk sekolah dan lainnya. Segala urusan mengenai tempat tinggal disana juga sudah selesai. Dia sangat bersyukur atas limpahan kemudahan yang telah diberikan Allah kepadanya.
            Seharusnya dia bahagia. Tapi ternyata bahagia tak sesederhana itu. Dibalik senyumnya yang cerah, ada suatu ganjalan yang membuatnya tidak merasa bahagia sepenuhnya. Ada rasa takut yang berkelebatan di hatinya. Dia takut jauh dari orangtuanya, adik-adiknya, teman-temannya, dan kamu. Kamu adalah orang yang paling dia khawatirkan, yang pertama kali muncul dalam benaknya saat dia memastikan bahwa dia tidak akan kuliah di kota yang sama denganmu.
            Seharusnya dia bahagia. Dia masih punya harapan untuk bisa dekat denganmu. Dia tak perlu khawatir karena kamu bertekad tidak akan kuliah diluar kota. Dia percaya, dan selalu mendoakan kamu agar kamu diterima di perguruan tinggi yang dekat. Walaupun sebenarnya dia sangat ingin kamu mendaftar perguruan tinggi di kota yang sama dengannya, karena dulu kamu sempat merencanakannya bukan? Tapi dia tidak berani menagih rencanamu yang dulu itu. Dia hanya mendukung kamu, apapun yang kamu rencanakan.
            Seharusnya dia bahagia. Keadaan sangat memihaknya agar selalu dekat denganmu. Perlahan dia mulai mengenal duniamu melewati teman kamu yang baru saja dia kenal. Dia merasa, melalui teman barunya itu dia akan selalu dekat denganmu. Hingga akhirnya dia memastikan bahwa dia tidak akan jauh dari kamu. Dunia terlalu sempit untuk memisahkan kalian. Tanpa dia sadari, dia pun tersenyum dan membuat skenario indah denganmu.
      Seharusnya dia bahagia. Seketika kamu memberitahunya bahwa kamu akan mendaftar perguruan tinggi di luar kota, tapi bukan kota yang sama dengannya, kota itu jauh sekali. Ada rasa sakit menusuk. Ternyata diam-diam kamu sudah merencanakan ini tanpa sepengetahuannya. Dia merasa tertipu, dia merasa tidak berguna. Yah, dia tidak berguna, dia tidak bisa membantumu yang tengah kesulitan, dia tidak bisa menenangkanmu saat kamu goyah, dia tidak bisa membuatmu semangat saat kamu jatuh. Dia tidak bisa memberikan solusi untuk memecahkan masalahmu.
         Seharusnya dia bahagia. Dia tidak bisa menahan airmatanya luruh, tetes demi tetes airmatanya ia usap. Dia benar-benar pedih. Isak tangisnya semalam adalah yang pertama kali ia keluarkan setelah berhari-hari kegalauannya bersarang. Dia kecewa, skenario indah yang dia buat ternyata pupus begitu saja. Dia terluka, karena dia bukan orang yang memecahkan masalahmu. Dia marah, karena dia bukan orang yang pertama kali mengetahui rencanamu. Cih! Dia memang tidak tahu diri, memang dia siapa. Sungguh dia egois sekali.
          Seharusnya dia bahagia. Kamu bisa menemukan satu titik cerah masa depanmu. Walaupun ini masih dalam tahap perjuangan. Tapi dia tahu bahwa kamu juga berharap diterima disana. Kamu akan bahagia dengan caramu yang sampai saat ini belum bisa dia pahami. Kali ini tolong maafkan dia. Dia akan mencoba untuk merasakan kebahagiaan yang seutuhnya. Bahagia karena segala sesuatu yang dia dapat. Bahagia karena rasa syukurnya. Bahagia karena kamu pun bahagia. 


Minggu, 21 Juli 2013

DAN

Dan bila esok datang kembaliSeperti sedia kala dimana kau bisa bercandaDan perlahan kaupun lupakan akuMimpi burukmu dimana tlah ku tancapkan duri tajamKaupun menangis menangis sedihMaafkan aku

Dan bukan maksudku bukan inginkuMelukaimu sadarkan kau disini kupun terlukaMelupakanmu menepikanmuMaafkan aku
Lupakan saja dirikuBila itu bisa membuatmuKembali bersinar dan berpijarSeperti dulu kala

Caci maki saja dirikuBila itu bisa membuatmuKembali bersinar dan berpijarSeperti dulu kala

I will be STRONG ^_^





Bersyukur...

          Udah ke berapa orang ya aku ngeluh tentang UKT alias Uang Kuliah Tunggal. Jurusanku kena sebesar 5 juta, je. Dan yang bikin mules, 5 juta itu dibayar per semester sampe lulus. Piye jhal perasaanmu? Malah temenku juga ada yang diatas segitu. Mereka awalnya juga sama-sama mengeluh seperti aku. Terkecuali salah satu temanku, tanggapannya dia sangat menyenangkan dan membuat hati jadi adem, begini: 
"Ya kan brarti Allah mau mengangkat derajat keluarga kita menjadi berlimpahan rezeki dan berlapang dada.."
          Dan ada lagi pesan dari kakak seniorku, 
makane, ntar kalo udah keterima bener bener kuliahnya.. orangtuamu berhak mendapatkan penghargaan atas biaya yang dikeluarkannya..”
          Jangan mengeluh, jangan mengeluh. Jadikan mahalnya UKT sebagai motivasi kita untuk kuliah yang sungguh-sungguh. Kita bisa kok meringankan beban itu dengan mengajukan beasiswa. Pokoknya kita harus buktikan pada orangtua kita yang sudah bersusah payah membanting tulang untuk membiayai kita kuliah kalau uang mereka sebenarnya tidak berkurang bila mendapati anaknya kelak bisa menjadi "orang" yang membanggakan. Amin ya robb ^_^

Thanks to Afif and Mas Qodar J

Bedah buku "Udah Putusin Aja"



Jangan Lewatkan! Khusus Muslimah
Bedah buku "Udah Putusin Aja" Ust Felix Y Siaw
Sabtu, 24 agustus 2013 @Aula FE UNS
Daftar Segera!
ketik Nama Lengkap_Asal Univ/Instansi_No.Hp
kirim ke 085725967202 (Lynda Mason)

CASIOPEA will comming!!


Casiopea 3rd on #EconomicsJazz18. November 30, 2013. Grand Pacific Hall. Tixbox : Lobby PAU-Pasca UGM. CP : 081229191114 / 085643459559. BB PIN 2291f742

Jogja

Sulit membagi hatiku yang telah jatuh cinta padamu, 

Meski banyak singgasana yang telah kujajaki,

Hingga jauh sampai seberang sana,

Sungguh jiwa ini masih ingin bersama kamu,

Yang terbalut hangat dibawah remang-remang itu,

Sungguh pelabuhan hidup ini ingin berakhir

denganmu.

Kamis, 18 Juli 2013

Jilbab dan Akhlaq

    Jika engkau berjilbab dan ada orang yang mempermasalahkan akhlaqmu, katakan kepada mereka, "antara jilbab dan akhlaq adalah dua hal yang berbeda".
          Berjilbab adalah murni perintah Allah, wajib untuk wanita muslim yang telah baligh tanpa memandang akhlaqnya baik atau buruk. Sedangkan akhlaq adalah budi pekerti yang bergantung pada pribadi masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa atau pelanggaran, itu bukan karena jilbabnya, namun karena akhlaqnya.
"yang berjilbab belum tentu berakhlaq mulia, namun yang berakhlaq mulia pasti berjilbab"

Wallahu'alam...

18 July 2013

Ntah ini gimana rasanya harus seneng ato sedih. Ah, gak karuan. Rasanya hati kayak dipermainkan keadaan, baru kemaren seneng karena urusanku dimudahkan untuk mengurus segala tetek bengek di UNS, yang jelas nggak rempong lah. Trus aku juga udah dapet kenalan sesama maba dan kakak senior. Udah dapet jas almamater juga. Keren banget rasanya! Alhamdulillah, aku juga udah survey rumah kost, insya Allah cocok, soalnya kost itu hanya menampung wanita muslimah mahasiswa UNS fakultas Ekonomi. Biayanya perbulan juga nggak sampe 200rb. Yaahh, alhamdulillah banget, harga-harga kebutuhan apapun di Solo juga masih tergolong murah. Makasih banget ya Allah..... ^_^
Namun hari ini. Oh noo, ketika aku menceritakan kebahagiaanku kepada ayahandaku tercinta, beliau bilang, "lhah kan masih ada pengumuman simak sama UM". Oh daddy, aku lupa mempertimbangkan itu! Aku lupa dengan komitmenku kalo aku ketrima di UI aku akan lebih memilih UI. Atau kalau aku tidak lolos simak, tapi lolos UM UGM di pilihan pertama, Ekonomi Studi Pembangunan, aku pun akan lebih memilih UGM. Huh, padahal rencanaku itu baru tak publikasikan dua hari yang lalu. Eh sekarang? Apapun yang terjadi, udahlah mantep di Solo aja. But, inti dari perbincangan aku dengan bapakku: "Aku jangan mantep dulu di Solo". Uh, nggantung banget "-____-
Dan hari ini juga... Pengumuman SIMAK UI keluar. Jengg jenggg... Apa yang terjadi? Aku gak lolos. Apa yang kurasakan? Kretekk... kretekk... kretek... tapi cuma lima menit sih. Habis itu aku sms Arifin, dan liat twitnya Dea, mereka temen-temenku yang ikut simak juga. Mereka juga nggak lolos. Tapi mereka udah lolos SBMPTN sih. Arifin di Komunikasi UGM dan Dea di Akuntansi UNDIP. Yo wes to, bakal nyesel tuh UI nggak nerima kita! Eh mereka aja dink. hahaha (-_____-)
Yo wes, saiki piye? Besok Minggu aku sekeluarga mau berkunjung ke calon kediamanku di Solo, alias survey rumah kost yang kemarin aku kunjungi. Bayangno piye perasaanku? Waktu perpisahanku dengan mereka semakin dekat. Bahkan tidak sampai sebulan lagi aku bakal mengurus kepindahan kesana, karena ospek dimulai tanggal 20 Agustus. Argh, selama delapan belas tahun aku hidup di muka bumi ini, waktu paling lama aku pisah sama keluargaku itu dua minggu. Kadang aku menghibur diri dengan mengingat Manas yang ke Surabaya, Rully ke Makassar, dan Farchan ke Semarang. Eitss, tapi emang dasarnya mereka juga bukan asli Jogja, so mereka udah terbiasa jauh dari orang tua waktu sekolah di Mayoga. Fine! aku dan mereka nggak sama! Apalagi mereka cowok. Huhu
 Walaupun Solo itu deket, cuma satu jam naik kereta, cuma tiga jam naik bis, motor, mobil. Tapi, aku masih butuh kekuatan untuk siap berpisah dengan "zona amanku" di Jogja. Wah, koyo arep ngopo wae to iki. Terlalu berlebihan ya sepertinya. Hoffhhh. Mungkin galauku ini hanya bersarang sebentar, ntar kalau udah mulai kuliah, udah terjun dalam dunia yang baru, insya Allah semua akan baik-baik saja.
 Pokoknya tetap bersyukur dengan apa yang sudah kudapat, dan terus berdoa supaya selalu ditunjukkan jalan yang terbaik untuk melangkah selanjutnya. ^^ keep unyu, Naila ^^


Minggu, 14 Juli 2013

Sad story

      Siang tadi aku bertemu dengan salah satu kerabatku yang diterima di perguruan tinggi di Surabaya. Awalnya perbincangan kami seputar rencana kehidupan kami kedepannya setelah meninggalkan kota Jogja tercinta. Dia juga barusaja membeli tiket kereta api untuk keberangkatannya ke Surabaya hari Minggu besok guna mengurus registrasi disana. Aku pun begitu, dalam waktu dekat aku akan ke Solo, semua berkas sudah ku siapkan, dan berbagai pertanyaan juga sudah siap kuajukan. Aku yang tadinya merasa sendirian, kini rasanya ada yang menemani menjalani hidup baru sendirian. Ada dia yang ke Surabaya, dan juga temanku yang diterima di Semarang dan Makassar.
            Akhirnya perbincangan kami pun mengerucut pada salah satu seseorang. Dia adalah “teman dekat”nya kerabatku itu. Ntah bagaimana hubungan mereka itu, tapi sudah sangat jelas bahwa mereka memiliki ikatan, walaupun belum diresmikan. Kerabatku itu bercerita tentang teman dekatnya yang belum lolos perguruan tinggi. Dia sangat menyayangkan teman dekatnya itu. Dia sangat ingin membantu, bahkan  rela mengantarkan buku dan soal-soal guna membantu belajar ke rumah teman dekatnya yang jaraknya cukup jauh menurutku.
            Kerabatku sangat beruntung bisa diterima di jurusan dan perguruang tinggi yang dia incar sejak lama. Tapi di sisi lain dia harus meninggalkan teman dekatnya. Dan perasaan takut kehilangannya itu pasti lebih besar daripada kebahagiaan dan kebanggaannya. Membuat semua menjadi hambar, serasa jiwa melayang, hanya mengikuti angin kemana akan berhembus.


     Karena aku pun merasakan hal yang sama.

Semangat kawan!


Maafkan aku yang tidak bisa menemani kamu belajar, seperti dulu kamu yang menemaniku belajar. Maafkan aku yang tidak pernah mengingatkanmu belajar, seperti dulu kamu yang selalu menyemangatiku untuk belajar. Maafkan aku yang tidak banyak membantumu, seperti bantuan yang telah kau berikan padaku.

Aku mencoba untuk memahamimu. Aku takut sikapku salah, bahkan menggurui. Melontarkan sepatah kata semangat untukmu saja aku tidak berani, hanya lewat tulisan diatas kertas mungil itu pesanku tlah ku sampaikan. Semoga bermanfaat dan membantu.

Dalam diamku aku selalu berdoa, dalam ketidakpedulianku aku sangat ingin tahu keadaanmu, dalam amarahku aku merasa tidak ada ruang untuk sedikitpun melupakanmu.

Semoga kebaikan dan segala kerja kerasmu dibalas dengan indahnya rencana Allah untukmu. 

Aku tunggu kabar baikmu, kawan.


Jumat, 12 Juli 2013

Jomblo Terhormat

Allah sudah berjanji pada kita bahwa setiap insan yang akhlaknya baik pasti akan mendapatkan pasangan yang baik pula. Ya, pada intinya pasangan kita nantinya adalah cerminan diri kita. Menyandang status jomblo terhormat buat anak muda di jaman sekarang memang sulit diraih karena iman masih mudah digoyahkan. Seperti aku. Walaupun aku punya prinsip tidak pacaran, tapi kalau keadaanku masih seperti ini dan tidak berprogress. Maka bisa saja kemungkinan itu bisa terjadi. Ya Allah, semoga kalau nanti aku jauh dari orangtuaku, aku tidak nakal, tidak bohong, tidak kelayapan. Semoga aku bisa istiqomah, mandiri, tahan banting, percaya diri, dan pastinya selalu diberkahi dan di rahmati oleh Allah.
Aku sungguh mencintaimu ya Rabb... Lindungi aku...

SKANDAL

Skandal. 

Aku tidak ingin memaparkannya. Yang jelas Allah tlah mengabulkan pintaku untuk melenyapkan kenistaan itu dari muka bumi ini. Semua habis tak tersisa. Semua terbakar oleh amarah hati yang membara. Walaupun kebodohan sangat jahil mengungkit-ungkit, hingga terasa menjijikkan. Yuck.

Aku Gal..


Aku galau. Ntah apa yang aku galaukan. Aku berusaha untuk selalu bersemangat dengan apa yang terjadi pada diriku saat ini, tapi lama-lama semangat itu melebur bersama angin yang berlalu. Aku tidak bergairah, rasanya hambar, biasa saja. Apa ini tentang penantianku menunggu pengumuman simak UI dan UM UGM? Apa ini tentang halida, lia, triana, fathur, hasan, ulwan, dan teman-temanku yg lain yg belum lolos masuk PTN? Apa ini tentang keawamanku ketika nanti harus mengurus berkas dan mendaftar asrama di Solo? Apa ini tentang skandalku? Hahhh…. Aku memang dibuat galau karena itu. Tapi ku kira bukan itu penyebab utamanya, agaknya ada alasan yang lebih tepat. Aku sulit menjelaskannya, mungkin ini tentang kehilanganku.

Selasa, 09 Juli 2013

Lolos

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat dan rahmatnya. Akhirnya aku bisa memberikan secercah kebanggaanku kepada yang tercinta, kedua orangtuaku.
        Ini belum apa-apa, belum seberapa. Aku pun tak boleh sombong dan terlena. Aku harus tetap memiliki daya juang dan kerja keras. Tidak untuk saat akan ujian saja, tapi seterusnya. Karena setiap kerja keras pasti akan menghasilkan kebaikan. 
          Dua hari yang lalu pengumuman SBMPTN, alhamdulillah aku lolos pilihan ketiga di Manajemen UNS. Aku tidak mengira bahwa ternyata kerja keras dan niatku untuk lintas jurusan ke IPS ternyata berbuah manis. Walaupun ada yang bilang aku munafik, nggak punya pendirian. Tapi aku sudah bertekad. Walau sebenarnya aku ini lemah. Walau sebenarnya aku ini dilema besar. Namun aku dan orangtuaku selalu berdoa agar mendapatkan yang terbaik.
          Selain ujian SBMPTN, aku juga mengikuti SIMAK UI dan UM UGM. Jujur dari lubuk hatiku yang terdalam, aku memang ingin kuliah di luar Jogja, tapi Solo bukan tujuan utamaku, Solo tidak mendominasi mimpi-mimpiku sebagai pelabuhanku untuk merantau. Aku ingin pergi jauh ke kota kelahiranku yang terkenal metropolitan. Ntah aku mampu atau tidak itu urusan nanti, yang jelas aku sudah berusaha dan kini aku tengah menunggu pengumumannya.
          Memang aku tak punya modal yang 'wow' untuk kuliah di UI, hanya berani dan berusaha, itu saja. Aku tidak pintar, aku tidak punya link alumni dari sekolahku yang kuliah disana, aku juga tidak berasal dari almamater favorit di kotaku. Cukup impossible memang untuk ditembus. Tapi kalau sudah rezeki pasti takkan kemana.
         Allah Maha Tahu, kuserahkan seluruh usahaku ditanganMu. Apapun keputusannya, jadikanlah aku  untuk menjadi lebih dekat denganMu.
       

Selasa, 02 Juli 2013

T O P E N G


Kudapat melintas bumi, kudapat merajai hari
Kudapat melukis langit, kudapat buatmu berseri

Tapi kudapat melangkah pergi
Bila kau tipu aku disini
Kudapat melangkah pergi
Ku dapat hal itu

Tapi buka dulu topengmu
Buka dulu topengmu
Biar ku lihat warnamu
Kan kulihat warnamu

Kau dapat cerahkan aku, kau dapat buatku berseri
Kau dapat buatku mati, kau dapat hitamkan pelangi
Tapi kudapat melangkah pergi
Bila kau tipu aku disini
Kudapat melangkah pergi
Ku dapat hal itu


"aku ingin melihat warnamu...."

Cinta Dalam Diam


Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam..

Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya..
Kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan terlarang, kau tidak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya..

Karena diammu memuliakan kesucian diri dari hatimu..
Menghindarkan dirimu dari hal-hal yang dapat merusak izzah dan iffahmu..
Karena diammu bukti kesetiaanmu padanya..
Karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yg telah Allah pilihkan untukmu..

Karena dalam diammu tersimpan kekuatan..
Kekuatan harapan..
Hingga mungkin saja ALLAH akan membuat harapan itu menjadi nyata..
Hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata..

Bukankah ALLAH tidak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padaNya?
Dan jika memang cinta dalam ciammu itu tidak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam..

Jika dia memang bukan milikmu, toh ALLAH, melalui waktu, akan menghapus cinta dalam diammu itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat..
Biarkan cinta dalam diammu itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi Rahasia antara kau dengan Sang Pemilik Hatimu...