Bintang gemintang yang bersinar. Sungguh keajaiban Allah yang sangat kita dambakan. Ia tawarkan suasana yang serasi dengan hati kita yang menggebu menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Kerlap-kerlip cahayanya aku tatap, diiringi derap-derap langkah manusia menuju satu tempat ibadah yang sama. Aku pun tak ingin kalah dengan bintang-bintang itu, aku ingin selalu semakin hidup dan bersinar, serta dihidupi dan disinari oleh manusia-manusia yang beriman. Aku tak ingin dibelenggu oleh persoalan yang cukup rumit yang kini kembali menyertai kehidupan remajaku. Tapi kali ini dengan segera aku tutup pikiran itu dengan segera bertadarus Al-Qur’an menjelang maghrib. Aku mengaji dimulai dari lembar pertama Al-Qur’an. Aku berharap dapat khatam Al-Qur’an di bulan penuh berkah ini.
Sampai di masjid Muqorrobin, aku segera memperebutkan tempat sholat ditengah himpit-himpit jama’ah yang juga ingin sholat Isya dan Tarawih. Aku teringat kata-kata mbak Ria sesaat setelah sholat maghrib tadi. Ia berkata bahwasanya keramaian jama’ah sholat Isya’ dan Tarawih hanya terjadi pada seminggu awal bulan Ramadhan, lalu lama kelamaan jumlah jama’ahnya akan semakin berkurang seiring habisnya masa Ramadhan. Alangkah sedihnya jikalau semangat para jama’ah malah semakin menurun, padahal klimaks dari bulan Ramadhan, yaitu Lailatul Qodar, malam yang insya Allah penuh berkah dari malam-malam Ramadhan yang lain, tak menentu kapan terjadi.
Aku ingin sholat dengan khusyuk, namun terkadang ada sedikit pikiran yang mengganggu, segera kutepis dan aku mantapkan lagi do’a-do’a yang kupanjatkan pada Sang Pemilik Ramadhan ini.
Ya Allah, aku menganggap ini Ramadhan terakhirku, agar aku selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah kepadaMu. Jadikan aku umatMu yang mulia, berilah aku ridhoMu di setiap sudut kehidupanku, dan teguhkan jiwaku untuk selalu berada dalam kebenaranMu.
Maha Benar Allah Dengan Segala FirmanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar