Kamis, 24 Februari 2011
`: Karya Ilmiah Remaja
Minggu, 20 Februari 2011
Sudah Berlalu
Ingatkah tatkala sanubari kita tergoyah?
Ia terhempas badai rerumputan hina dalam senja.
Kau renungi aku romantis penuh suka
Aku percaya, dan malam pun mengukir ikrarmu,
Aku tahu, bahwa temaram embun yang merasuk
Menyejukkan relung kita berdua.
Ingatkah dirimu?
Kala rupa sang surya tak menyenangkanmu
Tak menebar cahaya di sudut-sudut kalbu penuh gulita
Kala rupa rembulan enggan sampaikanku
Rindu padamumu
Kala rupa pelangi tidak lagi lengkapi
Harmoni jiwa kita.
Ingatkah waktu itu?
Aku terhempas oleh mutiara dusta yang sekejap
Merintih tertatih tiada letih
Memohon, mengemis oleh rasa yang telah mati
Sanubariku perlahan-lahan kau tusuk
Cinta kian membusuk
Saat November paling membunuh.
Aku ingat 22 February.
Sudah, cukup saja.
Kamis, 17 Februari 2011
Jeritan Semenanjung Alami
Jeritan Semenanjung Alami
Semenanjung alami,
Membentang dari kutub utara ke selatan,
Ia bertunduk pada Illahinya,
Sejatinya tetap terjaga bersama
Sepoi angin dan tetesan embun,
Ada kala letih membesit aksi
Kehidupan yang tak jua menentramkannya,
Memendam cemburu tingkah
Manusia-manusia bulus,
Berbakat menyakiti limpah ruah
Harta bumi untuk dunia,
Berlomba-lomba akan tahta lahan
Untuk menanam akar keegoisan semata,
Tak hiraukan warna kelabu yang semakin
Nyata dalam pandangan,
Menghalangi nila menjelma dalam pelangi,
Sengat aromanya yang romantis,
Melenyapi setiap detik hidup
Bagi yang mengudara dengannya
.
Jerit semenanjung alam nian menusuk relung,
Kabar bulus berlanjut meledak bagai atom,
Kali ia tak dapat berbohong akan itu,
Pada kemarau dan hujan di musimnya
Deritanya kian menjaganya,
Namun ia sudah paham dari kisah
Moyang pahlawannya yang telah gugur
Berkelumit dengan makhluk paling sempurna
Berkuasa di pandang rendahnya Illahi.
Ia pun sudah paham dari balasan ibadahnya,
Bahwa Yang Maha Pencipta,
Tak sia-sia memberinya hidup
Walau 1 jam saja,
Semoga cukup sudah kali ini.
Senandung Rantau
Ku ingin pulang
Bawa sejuta cindera mata
Ku yakin engkau suka
Ku kan berikan
Kisahku yang tak sia-sia
Merintis angan dan asa
Bersama mentari dan pelangi
Oh bunda, oh ayahku tercinta
Kiniku telah jauh bermimpi
Di dunia rantau ku belajar
Berjuang lewati rindu nan sendu
Oh kawan, oh guruku tersayang
Tak mudah tuk buatku bermimpi
Yang mungkin tak aku tahu
Bagaimana tuk mewujudkannya
Kau ajari aku
Senandungku dari dunia rantau
Salamku untuk nyata mimpiku
Senin, 14 Februari 2011
Bukan Puisi Terakhir
Genggam erat lagi derap-derap puisiku. Coba dengarlah bisikku! Pastilah enggan. Kalau tidak, berlalu begitu saja. Ya sudah, lah. Toh aku sudah cukup naif seperti ini. Bertingkah tidak terarah. Hanya terusik-usik oleh rerumputan yang kian berdendang. Sepoi-sepoi pohon yang hidupnya tentram nian buatku cemburu. Ketika waktuku sudah banyak ku torehkan, ku relakan segenapnya. Tidak salah kalau disebut bukan sia-sia!
Jangan sentuh-sentuh lagi mawar merah yang kutanam dalam kenanganmu! Biar aku cabut dengan berat rasaku, dengan engahan keringatku. Sungguh! Bukan seperti ini derita yang begitu mudah tercipta diselipan do'a. Bukan selayak ini kehendak yang membentang mengantara rindu dan cemburu.
Cahaya, beri aku cahaya dalam kelabu rinduku. Suara, beri aku suara dalam bisu amarahku. Puisi terakhir hanya kiasan sejenak. Aku tidak seperti itu, yang mudah berlayar ke samudera seberang. Kau tetap samudera sejati pada daratan yang tak lama akan lenyap tenggelam. Kejam.
Gerangan, jangan buat bola mata birumu menangani lelapku. Biar malammu sendiri. Benahi dahulu tubuhmu, usap peluh bekas permainan harimu ini, dan mintalah Tuhanmu untuk beri kasih dan kabulkan permintaan baikmu.
Rabu, 09 Februari 2011
Aku akan kuasai
Aku akan kuasai bola matamu, bila kau ingin dan ijinkan.
Aku akan kuasai bahasamu, bila kau ajari dan hidupi.
Aku akan kuasai kelanamu, bila kau tunjukkan dan tuntuni.
Aku akan kuasai jenakamu, bila kau rayu dan temani.
Aku akan kuasai burukmu, bila kau diam dan membaik.
Aku akan kuasai malammu, bila kau berdoa dan terlelap.
Aku akan kuasai senandungmu, bila kau hayati dan iringi.
Aku akan kuasai laramu, bila kau tertatih dan percaya.
Aku akan kuasai ulu hatimu, bila kau cemburu dan merindu.
Kuasaku kan terus menjaga dalam segalamu, sebelum kau sungguh ada melingkari kuasaku.