Baru ku apikkan waktu tuk membaca kisah terdahulu,
Biar umpamaku mau bermain dengan khidmat yang sesungguhnya,
Hingga dasar hati pun mampu terhanyut oleh alur
Seribu empat ratus tahun yang lalu.
Kini keadaan agaknya semakin redup, tersimpul dengan kejahiliyahan,
Terbaur pada raga hina, dan terlumur oleh kemelut noda.
Apa cahaya zaman telah menutup cahyaMu?
Apa kehebatan zaman berhasil luluhkan keagunganMu?
Dunia kini punya segalanya, berkah dari buah kecerdasannya,
Tak lagi manusia menyandarkan pinta dan do’a pada Sang Khalik.
Jatuhkan paham ma’ruf, merdekakan filosofi munkar,
Berbagai kaum kian sorakkan keyakinan dalam keraguan batinnya,
Mengaku agamanya, tapi hampa di balik dada.
Memendam anomi, terkekang oleh karang buatan zaman.
Biar upaya menahan pedang untuk ku tancapkan
Pada hati yang mengambang di atas kalimat syahadat
Tapi aku bukan siapa-siapa, belum cukup paham dan bernyali,
Cuma seorang muslimah baru aku ini,
Yang pernah lama terbuai perkataan zaman,
Lalu menyegerakan untuk mengukir risalah baru,
Mencoba istiqomah di jalanMu, dikawani arakan awan yang menggelisah,
Agar setiap udara yang kuhirup, bersama serta limpahan rahmatMu,
Agar setiap gerak dalam ruang selalu serta dalam khusnul khotimahMu,
Ku lantangkan kalimatMu, mohonku atas perlindunganMu,
Temaram cintaMu aku harap bersemi dalam kalbu,
Tak apa bila rindu menyiksa, agar kemesraan siap kupetik,
Dan aku kian mengerti makna firmanMu,
Wahai Sang Maha Esa…
Amerta, 12 June 2011 10:17 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar