Jumat, 17 Juni 2011
Cintai Dalam Diam
Sembunyi dari hujaman para manusia
Dan lebih baik aku denganmu
Tapi mereka tahu selalu aku
Bersembunyi
Aku tak acuh
Endapkan kuat-kuat
Rasa mau tau yang mencipta ragu
Enggan tenangkan batinku
Kemudian aku dibuat konyol
Menginginkan acuhmu kembali
Aku meninggalkanmu
Maksudku bawa pergi ragumu
Tiada jumpa maupun sapa
Biar lelah kan menghijab
Biar cinta tetap satukan
Ah, apalah dayaku
Bertahan dengan lelah dan cintaku
Aku
Sebisa mungkin kan slalu sembunyi
Dibalik kerasnya karang penghalang
Hatiku
MenginginkanMu
Manusia beriman,
Aku ingin masuki kehidupan yang indah,
Penuh makna dan berlimapah rahmat.
Aku ingin penuhi kalbuku atas nama Engkau.
Dan tuan-tuan terdahulu,
Aku ingin layak pada jannah yang
Mungkin belum sampai hatiku
Menggenggamnya.
Aku ingin selalu terjaga,
Aku ingin selalu terdekap,
Dengan nada-nada seruanMu.
Minggu, 12 Juni 2011
Dalam Renungku,
Baru ku apikkan waktu tuk membaca kisah terdahulu,
Biar umpamaku mau bermain dengan khidmat yang sesungguhnya,
Hingga dasar hati pun mampu terhanyut oleh alur
Seribu empat ratus tahun yang lalu.
Kini keadaan agaknya semakin redup, tersimpul dengan kejahiliyahan,
Terbaur pada raga hina, dan terlumur oleh kemelut noda.
Apa cahaya zaman telah menutup cahyaMu?
Apa kehebatan zaman berhasil luluhkan keagunganMu?
Dunia kini punya segalanya, berkah dari buah kecerdasannya,
Tak lagi manusia menyandarkan pinta dan do’a pada Sang Khalik.
Jatuhkan paham ma’ruf, merdekakan filosofi munkar,
Berbagai kaum kian sorakkan keyakinan dalam keraguan batinnya,
Mengaku agamanya, tapi hampa di balik dada.
Memendam anomi, terkekang oleh karang buatan zaman.
Biar upaya menahan pedang untuk ku tancapkan
Pada hati yang mengambang di atas kalimat syahadat
Tapi aku bukan siapa-siapa, belum cukup paham dan bernyali,
Cuma seorang muslimah baru aku ini,
Yang pernah lama terbuai perkataan zaman,
Lalu menyegerakan untuk mengukir risalah baru,
Mencoba istiqomah di jalanMu, dikawani arakan awan yang menggelisah,
Agar setiap udara yang kuhirup, bersama serta limpahan rahmatMu,
Agar setiap gerak dalam ruang selalu serta dalam khusnul khotimahMu,
Ku lantangkan kalimatMu, mohonku atas perlindunganMu,
Temaram cintaMu aku harap bersemi dalam kalbu,
Tak apa bila rindu menyiksa, agar kemesraan siap kupetik,
Dan aku kian mengerti makna firmanMu,
Wahai Sang Maha Esa…
Amerta, 12 June 2011 10:17 PM
Curahan Hati
Amerta, 12 June 2011
Cukup aku tak perlu terikat yang dulu. Aku ingin kembali menata rapi bilik-bilik hati yang sempat berserak oleh angin kehidupan. Biar perisai ku kerahkan untuk melindungiku dari usikkan kaum yang tak kentara di pelupuk mata, yang tiba-tiba membuncah dalam jiwa. Aku 16 tahun, keadaan yang sangat menghiruk pikuk, meramaikan kedilemaan mereka sepuasnya, dan aku dibuai dalam lemahku. Aku tak berkutat karena tak memiliki kekuatan. Aku seperti acuh karena tertekan kebodohan. Aku seperti ini karena tak punya nyali dan paham untuk lari dari kepastian keadaan.
Dengan menyebut asmaMu, aku ingin berserah diri.
Sebuah Keputusan
“Kau adalah saudaraku yang beriman, kutujukan puisi ini agar imanmu tak luntur sebab fitroh dari Sang Maha Pembolak-balik Hati”
Sebuah Keputusan
Ketika derap-derap hati begitu menggebu diri,
Tatkala kita tlah dibuat bahagia akan seseorang bak pelita kehidupan,
Serta kalung penyemangat yang kita dapat darinya.
Semua itu tidak lain dari sebuah percik rasa
Yang menjadi fitroh manusia.
Maka saat itulah Allah tengah menguji
Imanmu, ketaatanmu, dan kependirianmu.
Saat itulah kau diberi kesempatan bagi siapa yang mau beribadah,
Dengan menjaga hati, memperkuat benteng keyakinan,
Serta bersabar hingga masanya.
Sungguh merupakan anugrah terindah,
Muslim dan muslimah saling mencintai,
Hingga Allah dibuat cemburu dan
Iblis pun pandai menghasut kepada kesesatan.
Terangkanlah ia dengan kesungguhanmu
Tuk tetap menjaga hati dan iman.
Jangan sisakan celah kosong dalam hati.
Kawan sesama muslim/muslimah lebih baik
Dalam mengajarkan kasih sayang,
Mengajakmu tuk mengukir prestasi,
Dan memeluk impian besarmu.
Semoga dapat menjadi instropeksi.
Berbahagialah saja dengan cinta sejatimu,
Cinta Rabbi…
12 June 2011, 01:12
“Biar bahagia menyapa lembut auramu kelak, dan persahabatanlah yang kini naungi hati kita.”
Kamis, 09 Juni 2011
Gitar dan Aku.
Aku penyuka musik. Aku paling suka memainkan alat musik gitar. Tapi aku juga pernah sesekali memainkan biola, keyboard, drum, pianika, dan seruling. Aku belum begitu mahir dengan alat musik gitar. Pendengaranku belum cukup peka untuk menebak nada-nada dasar kunci gitar. Bicara gitar, pertama kali aku mengenal gitar dari rekan SMPku, ia sangat mahir bermain gitar, aku kagum melihatnya. Suatu hari aku bertanya padanya, sejak kapan ia bermain gitar, jawabnya sejak kelas 4 SD. Ia juga bercerita kalau keluarga besarnya pun juga musisi. Pantas saja kalau saat itu jari-jemari dan telinganya sudah lincah dengan musik. Selain mahir bermain gitar, ia juga memiliki power yang bagus dalam memainkan drum, juga bermain instrumen klasik dengan keyboard. Suaranya pun tidak begitu fals saat bernyanyi. Benar-benar multi talenta ia. Keren sekali bukan?
Beranjak kelas 8 SMP aku mulai menyentuh beberapa alat musik. Di sekolahku sudah banyak kakak kelas dan teman-temanku yang menunjukkan potensinya bermain musik dan bernyanyi. Aku memutuskan untuk les privat musik. Saat itu hal utama yang mendorongku untuk les privat adalah karena pertengahan kelas 9 nanti pengambilan nilai mata pelajaran musik adalah dengan menampilkan band untuk acara Pentas Seni, dan itu diwajibkan untuk seluruh siswa kelas 9. Aku yang saat itu belum dapat bernyanyi dengan baik dan tak dapat bermain alat musik, iseng saja ingin berlatih salah satu jenis alat musik, dan bukan bernyanyi, karena kupikir aku akan pandai bernyanyi apabila aku sudah dapat memainkan alat musik sendiri. Pilihanku tertuju pada gitar klasik.
Awalnya aku takut jika aku sudah memutuskan untuk menekuni les gitarku, aku akan bosan di tengah jalan. Namun ternyata tidak sama sekali, bermain gitar adalah hal yang menyenangkan. Setiap aku pertemuan les, selalu saja ada lagu baru untuk digarapi dan teknik baru bermain gitar. Selang beberapa bulan, aku sudah dapat memainkan lagu-lagu yang achordnya masih dasar dan mudah atau bukan menggunakan achord tegak.
Kemampuanku bermain gitar juga mengenalkanku dengan rekan-rekan yang mahir bermain gitar, terkadang aku minta diajari mereka, namun kebanyakan dari mereka adalah laki-laki. Saat itu aku belum menemukan partner perempuan yang dapat bermain gitar bersamaku.
Aku punya pengalaman menarik. Saat itu aku dikenal oleh seorang kakak kelas. Aku sering bertemu dengannya saat kami sama-sama menunggu bus untuk berangkat sekolah. Aku tak tahu sebabnya mengapa secara tiba-tiba ia bisa mendapat no HPku, dan seringkali mengirim pesan singkat. Aku tak tahu pastinya hubungan kita bisa dibilang dekat atau tidak. Yang jelas sebelum ia mengenalku, lebih tepatnya sebelum ia mendapat no HPku, aku sempat mengaguminya terlebih dahulu karena piawainya. Ia nampak sederhana, wajahnya ramah, badannya tegap, jangkung , rambutnya berdiri seperti landak, dan kulitnya gelap. Saat angkatannya mengadakan Pensi, aku terkejut dan terkesima. Ia ternyata juga pandai bermain gitar. Ia seorang gitaris. Aku hanya sebatas kagum padanya. Tidak lebih.
Saat ia akan beranjak lulus dari SMP, dan aku akan naik ke jenjang kelas 9, dimana harus siap-siap menghadapi perang Ujian Nasional. Aku meminta buku-buku dan soal latihan Ujian Nasional SMP miliknya. Pagi-pagi benar ia sudah datang ke sekolah dan menaruh barang-barang yang aku minta di laci meja guru kelasku. Ia tak bisa langsung memberinya padaku setelah bel pulang sekolah karena ia harus segera menyelesaikan urusannya mendaftarkan diri di sekolah kejuruan pilihannya. Aku yang saat itu baru datang ke kelas, langsung tertuju pada laci guru yang ia maksud lewat pesan singkat yang aku terima beberapa menit yang sebelumnya.
Diantara tumupukan buku dan soal UN, aku menemukan CD yang berisi kumpulan lagu kesukaannya. Ia menyarankanku untuk menyetel instrument Depapepe yang berjudul Start, itu instrument yang paling ia sukai, dan menempati nomor satu di urutan lagu-lagu lainnya pada CD tersebut. Pertama kali aku mendengarnya aku langsung tertambat pada instrument yang membuat semangat itu. Aku senang sekali dikenalkan instrument akustik tersebut. Dan hingga saat ini aku masih ingin memperlancar bermain melodi dan achord instrument dari grup duet akustik asal Jepang itu.
Selain itu aku punya segudang lagi pengalaman-pengalaman semenjak aku dapat bermain alat musik. Pernah aku bersama teman-teman pemusikku menghadiri acara Jazz, yang saat itu bintang tamunya adalah Krisdayanti, Dewa Bujana, Dwiki Darmawan, dan pemusik handal lainnya. Itu pertama kalinya aku menghadiri acara konser Jazz.
Sudah beberapa kali pula aku tertambat dengan seseorang yang kebetulan ia pun pandai bermain gitar. Aku tertambat bukan karena kemampuan bermusiknya, itu hanya kebetulan saja. Awalnya aku senang dapat bermain gitar bersamanya, berbagi kemampuan, dan bernyanyi bersama. Namun lama-lama itu menjadi hal yang menyakitkan. Aku terlambat menyadarinya. Terkadang aku ingin menyembuyikan kemampuanku bermain gitar sejenak. Tapi hal itu tak dapat aku lakukan karena aku sangat senang dan mudah tertarik dengan orang-orang yang lebih mahir bermusik dan mau mengajari hal-hal baru dalam bermusik. Agaknya hatiku yang harus kuperbaiki, bukan kemajuan potensi bermain gitarku yang harus kurelakan.
Aku sudah beberapa kali naik ke atas panggung untuk bermain gitar, dan satu kali bermain keyboard. Pertama kali aku berada diatas panggung ketika tempat les dimana aku belajar bermain gitar mengadakan event dalam rangka menampilkan kemampuan anak didiknya sekaligus promosi kepada masyarakat di salah satu mall besar dan ternama di kotaku. Saat itu aku kelas 8 SMP. Aku memainkan 2 lagu, yaitu Jangan Menyerah dan Pernah Muda versi akustik bersama puluhan teman-teman yang satu jurusan gitar klasik denganku.
Aku berhenti les privat saat aku kelas 9 SMP, saat setelah aku manggung di mall yang sama, dan membawakan lagu Lama-lama Aku Bosan milik Audy dan Belahan Jiwa dari Dewi-dewi. Aku berhenti karena beberapa alasan dan aku pikir aku dapat mengembangkannya sendiri tanpa harus les privat. Tapi itu tidak sepenuhnya benar ternyata.
Di Jenjang MAN yang saat ini aku sedang tempati, aku dikenalkan banyak hal baru tentang musik. Sekarang aku sedang dikepung oleh musik-musik nasyid akapela yang kini sedang membooming di lingkungan sekitarku. Musiknya tak kalah keren dengan musik grup band yang juga membooming. Aku juga dikenalkan dengan rekan-rekan sesama penyuka musik, terutama gitar. Aku ingat lagu pertama yang aku mainkan saat pertama kali aku dan teman-teman sekelas menerima pelajaran musik di madrasah, adalah instrument Romance D’Amour dengan power vibrasi yang kuat. Tapi itu justru ditertawakan oleh seorang temanku yang lebih mahir memainkan gitar. Karena saat aku memainkan vibrasinya seluruh anggota tubuh dan gitar yang aku pakai ikut mengalami vibrasi. Bergetar.
Beberapa bulan yang lalu guru musik kami memberi tugas untuk menciptakan lagu. Aku berhasil membuat 3 instrument lagu temanku, dan 1 kepunyaanku sendiri, yang saat ini masih direvisi lagi. Aku kagum dengan karya teman-temanku. Ada yang lagunya sendu tentang perpisahan, tentang cinta, persahabatan, religi, dan lain-lain. Luar biasa sekali.
Kini aku menemukan seorang partner perempuan yang dapat bermain gitar. Aku dan dia agaknya memiliki kemampuan yang sama dalam penguasaan bermain gitar dan kami sama-sama belum dapat bernyanyi dengan baik, tapi aku merasa suaranya lebih baik dari suaraku. Kami sudah beberapa kali mengisi acara di madrasah. Segala puji bagi Allah, kami mendapat respon yang positif dari teman-teman dan guru. Aku jadi lebih terpacu untuk mengembangkan kemampuanku bermain gitar. Aku ingin mahir menebak nada dalam lagu, aku ingin mahir memainkan melodi akustik, aku juga ingin mahir bernyanyi dengan baik, dan lain-lain.
Bagiku gitar juga dapat menjadi kawan yang baik. Menjadi media untuk mencurahkan perasaan yang tengah terguncang. Menjadi media untuk berkreasi dan memacu kekreatifitasan. Dan mungkin, media untuk mencari eksistensi juga.
Menjadi gitaris bukanlah cita-cita mutlakku. Bermain gitar hanya kujadikan hoby saja. Aku tidak terlalu bermuluk-muluk padanya. Lagipula kemampuan bermain gitarku saat ini juga belum seberapa, masih jauh dari kata “mahir”.