Januariku, Ulang tahunku tiba, tanggal 23
Hari Minggu
Ku mengawali usia yang ke-16
Allah,
Cinta sejatiku,
Utama dalam syukurku padamu
Nikmat menggunung-gunung tak henti
Tak tertinggal pula dosa
Ulang berapa kulakukan
Sujud maafku tak jarang ku sembahkan
Dalam mohonku
Seutuhnya untuk
Mencintaimu
Ibuku,
Kelembutan nada alarm pertama kali
Saat ku mulai merancang fajarku pukul 04.00
Beruntung, dunia masih mengijinkanku
Untukku tapakkan kisah bersama ibu
Harapanmu menjuntai di setiap ibadahmu
Ikrarku kelak kan searif dirimu
Melangkahi hantaman syetan di kalbu
Tanpa keluh dan tak rapuh
Ayahku,
Ceria dibalik letih kerja kerasmu
Sungguh ku mencintaimu
Kala tepi pelangi tak urung jua sampaikan hendakku
Maka aku meminta Tuhan agar
Teduhkan saat amarahmu
Sucikan saat khilafmu
Dan sebuah harapan jatuh sudah
Di telapakku,
Permata hatimu yang semakin dewasa
Adikku,
Masih kulanjutkan puisi kemarin
Pesonaku masih kuat bertengger padamu
Walau kita terdiri dari
Duniamu dan duniaku
Jiwamu dan aku, cintamu yang
Luluhkan segala jerit risaumu
Aku cintamu, belajar untukmu
Aku mengerti kalamu
Mencoba lebih peduli
Adikku,
Salam suka cita ini ku tembangkan
Mengiriingi puisi pertamaku
Kan ku kisahkan dengan merdu nan haru
Melilit di pohon-pohon yang akan
Mengakar sejalan kedewasaanmu
Adik kecilku, sayang
Doakan kakak ,
Semoga dapat memberimu
Menuju masa depan gemilang
Temanku,
Tahukah kau
Aku dengan gundah menunggumu disini
Meragukan ingatanmu pada
Hari kelahiranku, yang akhirnya
Sia-sia tidak menjadi-jadi
Luapan puja kubesitkan dalam-dalam
Doa kubalas doa
Mengalir bersama asinnya keringatku
Yang terengah-engah dengan
Kebahagiaanku
Cintaku,
Diam
Tak bergeming di dunia,
Lambat laun mengenaskan
Sangat menggoyahkan tata pikirku
Hadiah untuk batin
Semakin sunyi semakin
Kurasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar