Minggu, 09 Januari 2011

Dalam Kelabu.

Aku punya kemampuan.
Yang tidak kau miliki, yang tidak kau mampu seperti aku.


Aku baca lalu ku kenang angka-angka yang
Menunjukkan hasil kerjaku.
Senyum panjang kutarik.
Puji syukur aku sebarluaskan pada rekan
Orang tua, dan siapa saja yang ingin tahu.


Pelangi yang menembus awan, awan berarak kearah timur.
Mentari yang setia berotasi pada galaksi.


Dan, seperti dulu.
Yang kemudian muncul berita-berita baik dari rekanku.
Menjadi sangat pedih
Angka-angka yang kukenang waktu itu
Sangat pedih.

Tapi tetap saja
Dibalik aku bangga dengan kemampuanku.

Hibur aku, hiburlah diriku.
Komat-kamit seperti mengucap mantra,
itu yang terus kulakukan untuk
Membuat diriku terhibur
Aku mengucapkan segala yang pernah
Aku lakukan dengan kemampuanku.
Terimakasih, diriku. Kaulah cangkir yang
Ia berikan untuk bersedia
Kutuangkan segalanya.


Lagi. Kucoba perlahan membuka mata dan hati.
Syukur aku lontarkan berkali-kali.

Aku pemenang untuk diriku sendiri.
Berusaha menjadi insan yang berjiwa besar dan mengakui
Rekan-rekan yang lebih baik
Yang layak diberi amanah sebagai pemenang.


Lagi. Kucoba perlahan mengeruk memori.
Langkah aku ambil segera disini.


Harusnya aku sadari
Bahwa suatu pekerjaan yang
Ia paling hargai adalah usaha,
Bagaimana kita berusaha menerima dan menyikapi
Segala beban dan persoalan hidup.


Yakinlah esok
Aku kan lebih dari sekedar ini.
Tak harus kutunjukan pada siapa,
Hanya kau yang mau tahu.


Pelangi yang menembus awan, awan yang berarak ke timur.
Mentari yang setia berotasi pada galaksi.


Dan mulutku terus berkomat-kamit
Tak mesti prestasi sekolah.




22 desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar