Sabtu, 27 November 2010
Be Sing..
I wanna see your feeling from your song..
I wanna hear your story by your singing..
Give me song, please..
But, don't take me in your song..
(mmm? maybe I lie..)
Don't stop singing..
Before I feel a touch from your song..
Before my guest is right about your song..
Before you look me, and says "Just For You"..
Stop Sing!

I like sing a song, I like it because of you, but I don’t wanna sing for you..
I like sing a song, that song is about my feeling for you, but I don't wanna sing for you..
I like sing a song, because if I sing it I remember of you, but I don't wanna sing for you..
I like sing a song, I sing with my wholehearted, but I don't wanna sing for you..
Eventhough my voice is amazing,
Eventhough you like that song too so much,
Eventhough there are only that song in this world,
But, I really don't wanna sing that song for you... I WILL NOT DO THAT!!
Jumat, 19 November 2010
AKHWAT
Bukan dari tulang ubun ia diciptakan sehingga lupa akan pujian,
bukan juga dari tulang kaki karena khawatir akan diinjak dan direndahkan.
Melainkan ia diciptakan dari tulang rusuk,
dekat dengan dada untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai.
Akhwat beda dengan ikhwan. Dalam menjalankan aktivitas pun sangat berbeda. Tapi hukum syara’ memandang sejajar antara ikhwan dan akhwat. "Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan," (QS Al Isra ; 70)
Bahagianya jadi AKHWAT...
Kamis, 18 November 2010
Biarlah Saja Lelah.

Kali ini biarkanlah aku lelah, Jangan hentikan aku ketika aku belum lelah,
Jangan beri aku sedikitpun agar aku semakin lelah,
Beri saja padaku lelah itu.
Kali ini biarkanlah aku lelah, Rasaku inilah waktu lelahku, Ingatku tiada lelah menghujam hidupku,
Beri saja padaku lelah itu.
Kali ini biarkanlah aku lelah,
Agar aku tahu apa makna lelahku,
Agar aku tahu kesejatian dibalik lelahku,
Beri saja padaku lelah itu.
Apa denganku.
Tapi,
Percayalah, aku takkan membiarkan waktu yang menelan habis seluruh keraguanku.
Senin, 15 November 2010
Aku, kini 2
Jawablah jika ada yang tahu.
Bicaralah bahwasanya bagaimana aku harus seperti.
Apa yang aku butuhkan saat ini?
Jawablah jika kau lebih mengerti aku.
Bicaralah bahwasanya kenyataannya akulah kini.
Apa yang aku butuhkan saat ini?
Jawablah jika tebakanku benar.
Bicaralah bahwasanya hanya akulah yang memegang kendali atas diriku.
Perubahan. Benarkah itu?
Bimbingan. Tepatkah itu?
Paksaan. Dapatkah itu?
Hidayah Siangku
Saudaraku…
Perjalanan masih panjang dan jauh…
Takkan pernah tau dimana ujungnya…
Dan kapan berakhirnya…
Sebuah keyakinan yang mendalam dan niat ikhlas…
Bahwasanya cita-cita mulia kan terus berjalan…
Tetaplah bercita-cita…
Meski terkadang terseok-seok dan terjatuh…
Tapi ketahuilah…
Kita wajib bangkit…
Buang semua kemalasan dan harapan semu…
Bergeraklah dn melangkah kedepan…
Bangun dan raih cita-cita itu..
(Hidayah siangku, mengapa begitu aku menyebutnya? Betapa sungguh ku sangat merasakan kasihNya disaat aku memang butuh keteduhan dan kekuatan dalam kelemahan batin ini. Saat siang itu, aku ambil air wudhu lalu sholat dzuhur dan berdo'a. Setelah air mata yang merampungkan permohonanku, tergeraklah aku pada sebuah lemari buku sudut kiri yang menarik perhatianku, rupanya dibalik buku-buku yang tlah usang, sepi, dan sebagian besar bagiannya tlah diselemuti oleh halusnya debu, aku menemukan sebuah puisi ini. Getaran hati semakin nyata, dan sulit ku untuk menyatakan bahwa itulah kenyataannya)
Sumber: Puisi di Lemari Buku Musholla Kampus UGM dekat Fak Geografi pada tanggal 14 November 2010.
Sabtu, 13 November 2010
Aku, kini...
Jumat, 12 November 2010
Terimakasihlah saja.
Kalian tidak menghargaiku secara tidak langsung dan tanpa alasan yang secara tidak langsung kalian tidak sampaikan, menurutku. Aku memang tidak sehebat itu, tidak sekritis itu, tidak sejenius itu, aku masih dalam proses untuk seperti itu, seperti kalian. Kalian sosok yang aku banggakan, aku bangga dapat bekerjasama dengan kalian, aku berharap dari sini akan membuahkan hasil yang dapat memperluas wawasanku, aku ingin menjadi lebih baik dengan kalian, atau kata lainnya aku ingin mencuri ilmu kalian disamping aku merasa paling bodoh diantara kalian, tapi setiap manusia adalah berbeda, berbeda bidang dan kapan ia diberi kesempatan untuk menjadi seorang yang cerdas, aku rasa ini adalah prosesku, aku tidak malu karena itu.
Aku merasa mempunyai jiwa pemberani semenjak dekat dengan kalian. Kebiasaan burukku adalah menancapkan pikiran pesimis dan takut untuk dekat dengan makhluk-makhluk yang akalnya tinggi, tapi apa? Aku bisa. Aku dengan kalian adalah anugerah yang tidak pernah aku harapkan. Aku ditengah-tengah kalian adalah sesuatu yang sulit. Tapi mulai dari situ aku menyatakan aku pemberani.
Ku harap suka duka kita mengiringi langkah kita, agar kedekatan kita semata bukan atas nama pekerjaan, aku ingin sejati dengan kalian. Tapi rupanya sampai detik yang sudah hampir habis untuk kita tempuh karena pekerjaan kita sudah akan berakhir, aku merasa belum menemukan suka duka yang sejati. Kita belum sejati.
Dengan amat sangat disayangkan aku ingin mengungkapkan bahwasanya dalam lubuk hati teramat dasar, aku merasa hatiku tlah dirobek dengan tidak adanya penghargaan kalian padaku. Apakah aku berlebihan menanggapi ini? Bisa iya, bisa tidak. Ketika aku berada jauh disana, aku memikirkan sesuatu. Aku tahu kalian tidak tahu itu. Kalian tidak tahu aku memikirkan sebuah kegelisahan, yang di dalamnya ada aku, kalian, dan sebuah kerjasama kita. Aku berusaha sepenuh hati untuk menyatu dengan kalian, yang dibaliknya ada adikku yang menangis, kedua orangtuaku yang tidak bersamaku, mereka khawatir aku dengan kalian, tapi usahaku untuk kalian berhasil. Akhirnya aku dapat menyatu dengan kalian, dengan harap kalian akan menyambut kedatanganku dengan semangat untuk mengerjakan kerjasama kita, dan menutup kegelisahanku karena jauh dengan orang-orang yang kusayangi. Tapi aku, aku tidak sanggup untuk menerima ini, menerima kekecewaan. Kalian seolah tidak menganggapku, kalian tidak sungguh-sungguh denganku, hanya tawa dan canda yang aku temui diparas kalian untuk wajahku yang sudah memerah menahan duka. Aku berduka. Tapi aku tak ingin kalian mengetahuinya, demi kerjasama kita. Biar kupendam. Ku harap itulah yang pertama dan terakhir kalinya.
Daya ku tak punya untuk menolak sesuatu yang ku tak inginkan. Nyatanya kekecewaan berlanjut untuk yang kedua. Setelah dengan itu, aku mulai belajar dari diriku sendiri, apa mungkin aku melakukan seperti ini pada orang lain? Kalau memang begitu, semoga aku tidak mengulangnya kembali. Lalu aku belajar tentang kalian dengan ikhlas, bukankah kita baru saling kenal? Kalian adalah kalian, begitupun aku. Aku begini adanya.
Sepulang dari kekecewaan itu, aku mulai terisak menangis dalam perjalanan, aku dapat bebas berekspresi sesuka hati karena tidak ada orang yang mengetahui. Berangan layaknya di sinetron, bencana kecelakaan menimpaku, lalu kalian menyesal dan meraung-raung memohon maaf padaku. Ah, khayalan setan.
Malam itu aku tak ingin kesunyian menyertai kekecewaanku. Tidak seperti biasa aku sendiri di rumah. Aku tidak mau tidurku terbayang oleh emosi itu. Lantas aku pergi, aku ingin melewati malam ini dengan pendewasaan. Terimakasih teman atas semuanya. Walaupun pedih hati, tapi aku berusaha mengambil sisi baiknya. Sebenarnya ada hikmah lain yang aku dapat. Tapi kurasa cukup aku dan Allah yang tahu.