Setelah melalui masa kehamilan yang cukup panjang, hari itu pun tiba. Aku diperkirakan akan melahirkan pada 18 juli 2017. Perhitungannya tanggal tersebut usia kandunganku adalah 40 minggu. Tanggal tersebut biasa disebut HPL atau Hari Perkiraan Lahir. Namun biasanya kelahiran bisa terjadi lebih maju atau lebih mundur dari waktu HPL.
Di usia kandungan 37 minggu, aplikasi kehamilan yang ku unduh di HP memberikan notifikasi bahwa aku sudah bisa melahirkan, atau bayi sudah cukup siap untuk dilahirkan. Aku lumayan dag-dig-dug saat itu, sudah membayangkan rasanya persalinan. Tinggal menunggu kontraksi atau pecah ketuban datang.
Tanggal 1 Juli pagi, aku mengalami flek warna kecoklatan cukup banyak. Aku agak panik karena sepanjang hamil aku tidak pernah flek. Siangnya aku dan suami langsung periksa ke RSIA Sakina Idaman, katanya ini tidak apa-apa, belum ada pembukaan. Kami disuruh datang kembali jika tanda-tanda melahirkan sudah jelas, misal ya itu tadi: kontraksi setiap 5 menit dengan durasi setiap kontraksi berlangsung 1 menit atau pecah ketuban. Ok, aku mencoba tenang.
Tanggal 2 Juli flek masih datang tapi tidak sebanyak kemarin. Aku mulai memperbanyak aktifitas yang akan mempermudah persalinanku, seperti jalan-jalan, enjot-enjotan di birth ball, senam, tentunya juga banyak berdoa. Aku juga sudah mulai packing baju-bajuku, suami, dan si bayi dalam sebuah tas besar. Huaaaa membuatku semakin deg-degan.
Tanggal 3 Juli pagi flek masih datang, warnanya agak merah seperti darah, namun tidak keluar darah. Aku berencana dengan suami jika besok masih seperti ini aku akan periksa lagi ke RSIA. Hari itu aku menghabiskan waktu dengan berbelanja daster untuk ibu menyusui, makan mie ayam, nonton bioskop, dan jalan-jalan di mall. Nah pas jalan-jalan itu aku merasa cekat cekit sampai aku berhenti berjalan. Kejadian itu sekitar pukul 20.00, aku minta suamiku untuk istirahat dulu di tempat duduk. Sekitar 15 menitan, kami baru pulang.
Sampai di rumah aku rebahan sambil mainan HP, sementara suamiku langsung tidur. Saat itu aku sudah mengunduh aplikasi untuk mengecek kontraksi. Jadi aku bisa lebih mantap pergi ke RSIA kalau kontraksiku mulai teratur. Aku tidak bisa langsung tidur saat itu karena tidak terlalu ngantuk.
Pukul 22.30 aku merasa ingin pup. Saat itu aku hanya mbatin dalam hati, kalau bisa sebelum melahirkan aku harus pup dulu supaya nanti pas lahiran gak bareng dengan keluarnya pup. Soalnya pasti keluar deh kalo gak dikeluarin dulu, karena kita kan bakal ngeden banget.
Setelah pup aku mencoba tidur. Pukul 23.30 aku merasa seperti keram di perutku. Apakah ini yang dinamakan kontraksi? ujarku dalam hati. Aku segera menyalakan aplikasi cek kontraksi, setiap rasa keram itu datang aku tinggal klik. Lalu ketika kontraksi hilang klik lagi. Nanti dengan sendirinya aplikasi itu menunjukkan apakah kontraksi kita berjalan teratur atau tidak. Jika sudah lebih dari 5x, aplikasi itu memberi peringatan bahwa kita harus segera pergi ke RS.
Aku langsung membangunkan suamiku dan menceritakan semuanya. Pukul 00.15 kami berangkat ke RS dengan membawa tas besar menggunakan motor. Sesampainya di RSIA Sakina Idaman, aku ke resepsionis dulu.
Aku: "mbak, saya udah kontraksi, mau cek pembukaan dulu bisa?"
Mb perawat: "nanti saya cek pembukaannya. Kontraksinya udah teratur mbak?"
Aku: "udah mbak, kayaknya ini beneran kontraksinya. (maksudnya bukan kontraksi palsu)"
Mb perawat: "kemarin kontrolnya sama siapa mbak?"
Aku: "saya sama bidan terus mbak, pokoknya hari itu adanya siapa ya saya sama beliau"
Mb perawat: "trus ini (melahirkannya) mau sama siapa?"
Aku: "sama bu Muslimatun bisa mbak?"
Mb perawat: "nanti saya hubungi beliau dulu ya mbak, biasanya kalau beliau tidak sedang diluar kota bisa"
Aku: "oke mbak"
Setelah itu aku dikasi selebaran data diri, kemudian langsung masuk ke ruang pra persalinan. Perawat memeriksa pembukaanku yang ternyata sudah masuk pembukaan 2. Sakitnya seperti keram perut, namun masih bisa ditahan. Perawat menyuruhku untuk tidur guna menyimpan tenaga untuk melahirkan. Suamiku ikut mendampingiku di samping, setiap kontraksi datang aku langsung meremas tangannya.
ini yang foto suamiku pas lagi nungguin aku kontraksi..
Pukul 03.00 perawat memeriksa pembukaanku, alhamdulillah masuk bukaan 5. Rasanya makin sakit tapi masih bisa ditahan, aku masih bisa jalan sendiri ke kamar mandi karena saat itu rasanya kebelet pipis terus. Perawat juga menginfokan bahwa bu Mus bisa membantu persalinan, beliau akan datang jika pembukaan sudah memasuki pembukaan 9.
Pukul 04.30 aku mulai kesakitan yang cukup agak lumayan bisa ditahan dengan sekuat tenaga. Aku masih melaksanakan sholat subuh sambil duduk. Setelah subuh ini sakitnya masya Allah. Sebisa mungkin aku tidak teriak, selain karena malu-maluin, bikin ngedown tetangga sebelah, juga bikin tenaga abis. Aku cuma mringis sambil mengaduh pelan. Suamiku mengusap-usap kepalaku sambil terus menguatkan. Ibu dan bapakku juga sempat menengokku sebentar karena bapak harus segera terbang ke Jakarta naik pesawat paling pagi. Support orang-orang terdekat sangat membantu untuk ibu-ibu menjelang persalinan.
Pukul 06.30 aku makin gak tahan. Aku sempat merintih dan menangis. Aku bilang sama suamiku, "mas, tolong bilangin mbak nya, aku mau lahiran sama siapa aja gak papa, ini aku dah pengen ngeden banget". Rasanya tu kayak *maaf* pup udah diujung tapi kita gaboleh ngeden karena pembukaan belum lengkap. Tak lama kemudian bu Mus datang dengan seorang perawat. Bu Mus akan menolong persalinanku, beliau sudah mengenakan baju dinas yang rapi, subhanallah salut deh sama Wakil Bupati Sleman ini. Ditengah kesibukannya masih sempet nolongin persalinan.
Beliau memeriksa pembukaanku yang alhamdulillah sudah masuk pembukaan lengkap, beliau langsung memecahkan ketubanku dengan memasukkan alat seperti sumpit. Aku kira bakal sakit ternyata enggak. Rasanya anget-anget gimana gitu kayak ngompol. wkwk. Setelah itu beliau memberi aba-aba untuk aku mengejan.
Mengejan pertama aku belum merasakan bayiku ingin keluar. Dalam hati, "ya Allah kok gak kerasa bayinya yaa, aku kuat gak ya ngeden-ngeden gini".
Mengejan kedua, rasanya kayak ada sesuatu di mulut jalan lahir. Hwaaaaa itu kepala bayinya. Teriakku dalam hati. Bu Muslimatun terus mengarahkanku untuk terus mengejan.
Ya Allah, sumpah deh rasanya kayak pup. Gak sakit tapi kok gak keluar-keluar. Ya iyalah yang dikeluarin kan bayi. Suamiku juga memotivasiku dan doi bilang, "kepalanya dah keliatan, ayooo dikit lagi...dikit lagi.." Ntah itu kalimat keberapa dilontarkan oleh bu Mus dan suami. Akhirnya..
"oeekkk....oekk..." tangis bayiku pecah, yeee alhmadulillah dia sudah lahir dengan selamat dan sempurna. Tepatnya pukul 07:13 pagi, 4 Juli 2017. Maju 2 pekan dari HPL. Dengan berat badan 2,860 kg dan panjang badan 47 cm. Dan jenis kelaminnya sesuai dengan perkiraan USG, yaitu lelaki. "Selamat datang ke dunia, nak ganteng". Ujarku dalam hati.
Setelah itu sang bayi langsung dikerahkan untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini) denganku, dia ditaruh di dadaku namun dia belum ingin menyusu. IMD dilakukan sembari bu Mus menjahit jalan lahir si bayi.
Setelah itu sang bayi langsung dikerahkan untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini) denganku, dia ditaruh di dadaku namun dia belum ingin menyusu. IMD dilakukan sembari bu Mus menjahit jalan lahir si bayi.
Kala itu rasanya nano-nano, antara bahagia, terharu, tapi sambil kesakitan karena dijahit. Karen itulah pertama kali ada anggota tubuhku yang dijahit dalam seumur hidup. Kemudian suamiku mengadzani telingan kanan anak kami, dan qomat di telinga kirinya. Aku masih tidak percaya peristiwa itu bisa berlangsung dengan lancar. Alhamdulillah, terimakasih Allah, semua ini karena kuasaMu. Hamba sangat lemah dan tiada daya saat itu, semua ini karena kemudahan yang Kau berikan.
Setelah IMD kurang lebih setengah jam, bayi diambil untuk dimandikan. Aku masih tergolek lemas namun tidak diberi infus. Aku dibantu untuk minum teh dan makan roti oleh suamiku, namun tiba-tiba rasanya aku mual, ternyata itu adalah efek dari obat bius yang diberikan untuk mengurangi rasa sakit ketika dijahit.
Ini foto bayi kami setelah dimandikan..
Setelah itu aku dipakaikan pembalut nifas yang besar sekali. Kemudian aku dipindahkan ke kamar rawat inap menggunakan kursi roda. Sesampainya disana aku kembali menyusui bayiku selama setengah jam, hal itu dilakukan untuk melatih bayi agar bisa menyusui dengan baik dan memancing ASI untuk keluar. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar.
Masya Allah, di usiaku yang kala itu menginjak 22 tahun 5 bulan, aku sudah merasakan nikmatnya hamil, melahirkan, dan menyusui. Semua pengorbanan ini terasa mengharukan dan membahagiakan. Semoga Allah menghadiahkan surga untuk semua para ibu hebat di muka bumi ini. Salut untuk semua ibu-ibu. 😊
Bayi mungil itu kami beri nama Jawad Ahsanussholihin Fikri. Jawad artinya dermawan, Ahsan artinya baik, Sholih artinya juga sholih, dan Fikri artinya cerdas sekaligus nama ayahnya. Doakan ya semoga Jawad menjadi anak yang sesuai dengan arti namanya.
Segitu dulu aja ya sharingnya, next aku bakal cerita pengalaman menyusui. Walaupun aku belum lulus ASI Eksklusif 6 bulan karena anakku baru usia 4,5 bulan. Tapi gak ada salahnya kan berbagi. 😊
Stay tune on my blog.








Tidak ada komentar:
Posting Komentar