Rabu, 22 Mei 2013

Aku, kamu, dan SNMPTNku


Kemarin adalah hari yang sangat aku tunggu-tunggu. Berkumpul dengan teman-teman sekelasku, bahkan satu angkatan. Mungkin pagi itu menjadi hari terakhir dimana kita bisa berkumpul dengan seragam putih abu-abu. Dengan semangat dan ceria aku berangkat ke sekolah karena akan ada sesi foto satu angkatan dan ekstra intra.
Sesi foto seangkatan berlangsung lancar dan menyenangkan, walaupun tidak semuanya hadir. Setelah itu aku foto dengan teman-teman sekelasku, 12 IPA 1 dengan wali kelas pak Supri. Setelah itu kita semua terpencar pada ekstra dan intra masing-masing. Aku kebagian foto di ekskul PMR dan Rohis.
Sebenarnya pagi itu ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku. Aku merasa dijauhi atau malah menjauhi salah satu teman dekatku. Kita sama-sama menjauh. Padahal biasanya kita hebring banget kalau ketemu. Ntah lah, aku tidak begitu memikirkan. Lagi pula dia masih mau bicara denganku. Setidaknya kita belum diam-diaman. Karena dialah Zumi.
Setelah aku foto ekskul rohis di masjid. Aku ngobrol dengan seorang teman laki-lakiku, Rahman, di dekat abadhika. Aku tau disitu juga ada Zumi. Dia nggak nimbrung kayak biasanya. Ya sudahlah, aku masuk saja ke perpus, eh Rahman juga ikutan masuk perpus.
Begitu aku dan Rahman keluar dari perpus, Zumi pas lewat di depanku lagi liat ke papan pengumuman. Aku menyapanya, “hai tum”, dia cuma senyum NGGAK ENAK banget. Trus aku bilang, “kenapa e tum?” tapi sebenarnya aku dah dongkol banget. Dia nggak jawab. Bodo amat! Gengsiku langsung kambuh. Aku paling benci kalau temenku berlagak gitu. Sok cuek dan cari perhatian pake cara anak kecil. Padahal aku juga masih kayak gitu. Masya Allah…. dalam hatiku terbesit "Zumi itu bukan oranglain, Nai. Kenapa kamu masih gengsi sama dia?" Yah inilah kekurangan terhebatku yang masih harus aku perbaiki, gengsian dan sangat kekanak-kanakan.
Sejak peristiwa itu, aku menggerutu. Ditambah lagi Fathur dan Rahman membuat aku syok setengah hidup tentang kabar SNMPTN. Intinya SNMPTN akan hangus kalau sudah daftar SBMPTN. Rahman liat info itu di twitter SBMPTN. Aku lumayan percaya itu soalnya aku juga follow twitternya, jadi ya aku percaya kalau infonya itu uptodate dan akurat. Hatiku berkecamuk luarbiasa. Galau tingkat dewa-ku kumat.
Aku meletakkan kepalaku di sebuah bantal di ruang Dewa. Aku memikirkan Zumi dan SNMPTNku. Aku ingin menangis. Aku instropeksi diri. Ya Allah, begitu sombong dan angkuhnya diri ini. Aku sadar aku telah menyepelekan SNMPTNku. Aku tenang-tenang saja karena aku pasti diterima. Jurusan yang kupilih sebagai pilihan pertama adalah jurusan yang passing gradenya paling rendah di IPB, ditambah lagi aku menyertakan sertifikat lombaku di tingkat Nasional dan provinsi. Aku pasti lolos! Saking sombongnya aku… Tak segan-segan aku menomor duakan SNMPTNku dengan buru-buru daftar SBMPTN dan memilih jurusan yang passing grade dan jumlah peminatnya selangit. Tapi aku masih berusaha realistis kok. Aku ikut bimbingan SBMPTN di sekolah dan bimbel di luar. Padahal teman-temanku yang lain belum ada yang daftar SBMPTN karena mereka masih ingin menunggu hasil SNMPTN.
Begitu juga masalahku dengan Zumi. Sepertinya aku salah besar ke dia. Ake egois. Aku nggak mikirin perasaannya dia. Padahal aku selalu meminta oranglain untuk mengerti perasaan dia. Tapi ternyata aku sendiri kesulitan karena egoku yang terlalu besar. Aku gengsi mendekati dia kalau sudah seperti ini. Maafkan aku ya, Zum. Aku memang jahat.
Aku nggak mau berlarut-larut dalam kesedihan ini. Aku nggak mau frontal dan berlebihan. Aku harus bangkit dan tetep semangat belajar. Dan tentunya aku harus minta maaf sama Zumi J


Keep smile and keep spirit, Naila sayang.... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar