Sleman, 5 Mei 2011
Cintaku,
Bagaimana keadaanmu saat ini? Semoga kebaikan selalu padamu dan untukku.
Aku ingin curahkan tentang mentari yang urungkan damaikan ruang dadaku. Musim kemarau tahun ini agaknya berlalu lebih lama. Atau mungkin sulit diakhiri karena kabarnya bumi yang kini tengah dijalin kasmaran oleh mentari. Bumi yang manja slalu ingin tampak jelita dihadapan mentari, dan mentari yang jahanam tlah berikrar tuk menjadi malaikat baik yang penuh sahaja akan mengasihi bumi. Kau pasti tau posisi akan hal itu, bukan? Panas sekali jadinya sepanjang malamku. Selimut rajutan bunda tak pernah kulapiskan di tubuhku untuk melipur lukaku karena sang malam. Yang bisa aku lakukan hanyalah membasuh wajahku untuk ciptakan embun-embun yang kunantikan akan menyejukkan tubuhku. Biarlah aku sedikit dibuatnya terhibur. Cintaku, apakah di singgasanamu bernaung kau merasakan seperti ini? Apakah musim kemarau disana membakar kalbumu yang kini dirundung sepi? Lalu apa yang kau lakukan tuk bahagiakan dirimu sendiri? Apakah kau malah lari dengan permadani hijaumu? Aku tak sedang menahan rindu untuk menyambutmu. Aku tak sedang resah mengejar detik-detik jumpa denganmu. Hanya aku ingin tahu bagaimana kau merangkul resahmu, lalu kau rubah ia dalam bentuk apapun, sehingga kau memiliki kepercayaan akan sesuatu yang baru, kau jadi menggenggam sesuatu yang baru, dan kemudian aku ingin mendapatkan itu pula. Tapi masihkah kau pendam kepercayaanmu untuk kau curahkan gundahmu padaku? Masihkah aku seperti benalu setelah aku tak berkesudahan lontarkan maafku?
Cintaku, aku akhiri dulu surat singkatku yang aku buat dengan penuh dendam dalam kerinduan. Aku harap kedamaian menjadi balasanmu.
6:26 AM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar