Jumat, 27 Mei 2011

My Big Transformation

Jujur saja, aku mulai memikirkan hidupku setelah aku mulai menginjak kakiku di jenjang MAN ini. Disini aku dipertemukan banyak sesuatu yang membuatku semangat, bingung, diam, berlari, dan yang lain yang belum pernah benar-benar aku sadari. Mungkin memang aku orangnya mudah terperngaruh dengan oranglain. Hanya saja kali ini aku agak lebih dewasa dari aku yang SMP, aku, yang dibantu dengan pemikiran luar biasa teman-temanku, dapat menunjukkan keberanian yang sama sekali tidak nampak dipelupuk mata teman-temanku yang martabat hakikat keimanannya jauh lebih tinggi dariku. Syukur yang tak berkesudahan selalu kuhaturkan padaMu, Ya Allah, Sang Penguasa Seluruh Jagad Raya. Aku tak menyangka akan seperti ini jadinya pilihanMu untuk jalanku.

Lagi ku ucapkan Alhamdulillah, kini aku menyadari bahwa aku baru sedikit sekali sesuatu yang aku lakukan untuk Tuhanku, oranglain, serta lingkungan dimanapun ku berada. Saking sedikitnya, kini, di lingkungan madrasahku, terutama di kelasku, aku merasa bak bayi baru lahir yang masih harus diajari caranya merangkak, berbicara, makan, yang dimana hal itu merupakan suatu kemampuan dasar yang dilakukan sehari-hari oleh manusia. Seperti itulah aku di kelasku, aku lebih banyak diam apabila teman-temanku mulai menunjukkan atraksinya memperlihatkan wawasan mereka, menceritakan pengalaman-pengalaman bermakna mereka, dan mengkritisi segala gerak-gerik yang sedikit mengganggu ataupun belum mencapai kedalaman pemikiran mereka. Aku kagum sekali. Aku ingin seperti mereka. Sebenarnya aku memendam bertumpuk-tumpuk rasa malu, benar-benar aku malu karena aku masih jauh tertinggal dari mereka, mereka yang berlatarbelakang jelas, sukses, dan membanggakan.

Walaupun begitu aku bangga pada diriku karena aku dikaruniai oleh hati yang peka. Aku seketika sadar akan kelebihanku dan kekuranganku. Aku menyadari kelebihan yang tak nampak seperti yang kukatakan tadi. Aku mempunyai kemampuan untuk menyadari dan mengubah diriku menjadi lebih baik, aku akan segera lakukan apa saja untuk memendam amarahku dan mendamaikan hatiku, aku akan berbesar hati menerima kekalahan walau terkadang masih nampak kekecewaan pada raut wajahku. Dan aku menyadari kekuranganku, dan ketertinggalanku di masa lampau.

Subhanallah, setiap detik yang kulalui di madrasah ini adalah pembelajaran. Aku sadar hal itu, karena aku meniatkannya. Aku banyak mengenal sesuatu baru disini. Aku mulai memperdalam dengan kesungguhanku tentang Islam sebagai agamaku, pedomanku, seluruh gerak-gerikku dikendalikan oleh Islam. Ah, aku. Sudah berbalut-balut malu jika aku membicarakan ini. Aku yang berstatus alumni salah satu sekolah berbasis Islam di kota ini, dan lulus tanpa membawa apa-apa, kecuali ijazah, dan kenangan yang ku anggap lumayan runyam dan semakin kosong ketika aku bandingkan dengan keadaanku saat ini. Tapi itulah proses perjalananku mengarungi hidup yang apabila kita syukuri begitu nikmat dan berlimpah-limpah keindahannya. Walau aku punya masa lalu yang suram, tak jelas, dan tak pantas menjadi kebanggaan, aku akan pupuskan dengan kesungguhan yang penuh. Hingga tak ada lagi ruang untuk hal itu bersinggah di hidupku.

Disamping itu, aku baru-baru mengenakan kerudung, dan hal itu benar-benar aku sungguhi. Sejak 3 tahun yang sebelumnya aku memang sudah mengenakan kerudung, namun rupanya keadaan di sekitarku kurang begitu mendukung dan memantapkan hatiku. Teman-temanku sebelum aku masuk ke jenjang ini, sebagian besar masih lepas kerudung apabila tidak berada di kawasan sekolah, aku mendapati itu pada foto-foto akun jejaring sosial internet yang mereka punya, mereka bergaya dengan busana yang tidak sebanding dengan busana di sekolah. Termasuk keluargaku yang kala itu aku rasa tak begitu banyak mengomentari busanaku, yang menurutku kala itu aku sebagai muslimah pantas menggunakannya, yaitu, kerudung pendek, celana jins agak pensil, kaos pendek diselubung jaket. Ibuku sama seperti halnya denganku, beliau baru saja masuk dalam organisasi Islam yang cukup ternama, beliau sama keadaannya denganku dalam keinginannya menguasai agama Islam. Kalau Bapak, aku belum begitu paham tentang sampai sejauh mana beliau menempuh perjalanannya dalam penguasaan agama Islam, karena beliau pekerjaan beliau yang berada provinsi seberang, yang membuatku terpisah jarak oleh beliau, sehingga aku tak sebegitu intensif memerhatikannya. Namun dengan pendidikannya yang tinggi, akalnya yang pintar, dan pekerjaannya sebagai salah satu petinggi di kantornya yang berbasis Islam, agaknya dapat membuktikan kesungguhan beliau akan pemantapan keyakinannya.

Pacaran adalah hal yang mutlak diharamkan dalam agama Islam, namun hal itu adalah hal yang biasa dalam sekolahku, bahkan di kelasku ada beberapa pasang. Pergaulanku saat itu memang belum tertata rapi, aku yang belum paham tentang adab pergaulan seorang muslimah kepada seorang muslim saat itu hanya mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang aku dapati di hari-hari sebelumnya, ditambah lagi sebelumnya aku bersekolah dasar berbasis umum yang semakin tidak membatasi pergaulan antara laki-laki dengan perempuan. Aku saat SD masih berani memukul, berkejar-kejaran, bahkan main tendang salto dengan teman laki-lakiku. Beranjak SMP, mungkin hanya sedikit peningkatan, tapi masih ada-ada saja jahil-jahilan teman laki-laki yang menarik kerudung teman perempaun, menyeret tangan lawan jenis ketika terburu-buru mengajaknya, dan ber-tos-an masih menjadi symbol kekompakan antara laki-laki dan perempuan. Aku yang saat itu polos dan lugu akhirnya terperangkap juga pada kemurkaan pergaulan, dan seketika aku diambrukkan dengan kegelisahan berselimut cinta buta. Aku yang saat itu belum mengenal nikmatnya kesendirian, dalam artian aku lebih suka bergabung dengan banyak orang, tiba-tiba harus diikat sendirian oleh hanya dengan seseorang.

Cinta itu indah, dan sungguh membahagiakan bagi setiap insan yang sedang terlarut di dalamnya, namun ternyata sering terbesit dalam diriku akan semakin jauhnya aku dari dunia yang seharusnya aku berada. Ntah teman-teman yang menjauh dariku, atau aku yang menjauh dari mereka. Syukurlah, hal itu tak berlangung lama, dan na’asnya diakhiri dengan alasan yang tak benar-benar kupahami. Tapi aku banyak belajar tentang cinta dari pengalaman yang paling pahit yang saat itu harus kupendam dari yang pahit-pahit yang pernah kualami.

Aku sangat heran sekali, tak jarang kini aku melamun, duduk menyendiri melihat gumpalan-gumpalan awan berarak menuju timur. Aku dilampiri dengan kebodohanku akan sesuatu yang salah yang baru aku sadari. Semakin aku sadari, semakin aku tampak bodoh.

Sudahlah aku tak mau terus menerus ada dalam posisi keterbelakangan ini, aku akan maju dengan segala ke-aku-an yang sejatinya itulah yang harus kuperbaiki. Aku berbeda jalan dengan teman-temanku. Allah telah merencanakan jalan setiap umatnya yang harus ditempuh, Allah telah memasang takdir di setiap umatnya yang harus dihadapi, dan hanya Allah-lah yang tahu mana yang terbaik untuk umatNya.

Aku merasa hina apabila semakin aku belajar, tapi aku akan lebih hina lagi apabila aku tidak merubahnya. Sungguh perumpamaan manusia itu adalah benar-benar hina, rendah, kecil, yang tak bisa berbuat semau di muka bumi Allah yang sedang mengembara mencari petunjukNya dan mau belajar untuk menambahkan ketaqwaan kepadaNya. Kini dari hal-hal pahit yang aku hadapi di masa lalu, aku banyak belajar bersyukur karena Allah telah memberi aku kesadaran akan kesalahanku, semangat yang berkobar untuk meluruskan pengembaraanku menuju gemilang di jalan Allah, dan kesempatanku untuk melakukan perubahan besar-besaranku.

Kini di madrasah, aku kerap pula diberi kesempatan untuk mengikuti ajang-ajang kompetisi. Bukannya aku ingin menyombongkannya, namun itulah suatu bukti besar perubahanku, dahulu SMP aku tidak pernah membayangkan dapat mengikuti lomba ini dan itu, karena memang jarang tawaran lomba datang, paling-paling olimpiade untuk 3 orang temanku yang itu-itu saja. Lomba pertama yang aku ikuti adalah Karya Tulis Ilmiah, awalnya hanya coba-coba saja, namun saat itu keberuntungan tengah menghampiriku, dan Alhamdulillah, kelompok KTI ku keluar menjadi juara 1 se-DIY. Kemudian pengalaman lomba yang telah aku dapat selain itu adalah mengikuti lomba menulis resensi, menulis essay, menulis KTI, menulis puisi, olimpiade kebumian, menjadi tim kesehatan dari Saka Bakti Husada. Dan sekarang ini aku sedang mempersiapkan lomba pidato bahasa Inggris yang akan diadakan oleh penerbit buku Erlangga. Walaupun tak jarang pula aku keluar bukan sebagai pemenang, tapi minimal aku mempunyai keberanian dan mau mengasah kemampuanku untuk mengikuti ajang kompetisi.

Syukur tak berkesudahan aku persembahkan kepadaMu, Pemilik Semesta Alam. Sembah sujudku walau masih terasa hampa bagiMu, aku akan mengisinya dengan iman yang akan terus berbuah dari hasil pembelajaranku. Luruskan niat tulusku ini, Ya Allah.

Kamis, 26 Mei 2011

Untuk Secret Angelku, Primasari Endah Mawarti..

Kawan,

Sebening embun fajar menetes,

Kala itulah kau segarkan aku dengan ketulusanmu tuk jadi kawanku,



Aku masih merasa hampa disampingmu,

Tak mengerti harus berbuat apa tuk lebih

Mengenalmu.

Ingin kujadikan kau dekat denganku,

Berbagai upaya kubertingkah dihadapmu,

Masih saja aku dilumuri dilema,

Harus mulai darimanakah aku

Tuk masuki sudut hatimu.


Harapku, setinggi awan nun membentang di jagad raya ini,

Harapku, melambung jauh diikat rasa sayang antara kita,

Harapku, masih semu dicamuk tanyaku pada dirimu,


Semoga kita bertemu pada satu titik

Kawan sejati

Rabu, 25 Mei 2011

24 Mei

Aku, lelah memikirkanmu.

Aku ingin mengembalikan sesuatu yang pernah kau beri padaku,

Aku ingin membuang makna sesat yang dulu kau curahkan padaku,

Tepat hari ini.

Sayang, kau lolos dari niat keputus asaanku,

Walau lapisan-lapisan waktu kau beri

Agarku berfikir, mencari, dan mengerti

Tapi aku masih terikat pilu.

Kebingungan yang membungkus

Sejak 24 Januari.

Minggu, 22 Mei 2011

Remember On Classic Story

Hari itu malam minggu. Aku termangu didepan laptopku, ntah apa yang aku lakukan dan pikirkan saat itu. Pukul 18.50 aku gelisah dan kacau sekali menunggu pesan singkat dari seseorang yang lagi-lagi membuatku tak karuan. Benar juga, tiba-tiba hpku berbunyi tanda ada sms masuk. Terpampanglah nama si pengirim di layar hpku. Takut rasanya ingin membaca isi smsnya, karena aku sudah tau lebih dahulu dari seorang temanku yang membocorkan rencana dari laki-laki itu.

Aku yang saat itu adalah seorang remaja berusia 14 tahun lebih 28 hari. Sepulang sekolah aku diberitahu, bahwa laki-laki yang saat itu menyukaiku akan mengungkapkannya padaku malam ini pukul 19.00. Jujur saja mungkin akupun menyukainya, dengan alasan sederhana karena ia menyukaiku. Sebut saja dia “Tank”.

***

Beberapa waktu itu aku dan Tank kerap berbincang karena pada awalnya ada temannya yang naksir denganku, sebutlah dia “Tink”, dan Tanklah yang menjadi mak comblang antara aku dan Tink. Kebetulan kami bertiga sekelas, namun Tink baru bergabung di tahun ajaran ini bersama aku dan Tank. Semakin lama, akupun terpikat pada jurus maut Tink. Hingga akhirnya Tink memalingkan hatinya pada adik kelas, secara fisik dia memang lebih oke dariku.

Sudahlah, aku tak butuh laki-laki seperti itu, tapi kehancuran tak dapat aku sembunyikan, termasuk dari Tank, yang sebenarnya sudah tahu akan kesedihanku. Aku mencoba untuk tidak lagi mengenang keindahan yang pernah kualami bersama Tink, sebenarnya tidak seberapa yang ku alami, kami hanya kerap mengirim sms, saling memperhatikan satu sama lain. Kami sangat jarang berbicara langsung, tapi setelah pulang sekolah kami langsung mengungkapkan perasaan kita ketika tadi dicomblang-comblangi dengan teman di kelas tadi. Rasanya damai sekali hatiku. Baru kali itu aku benar-benar jatuh cinta.

Aku rasa Tank tahu semua tentang Tink dan perempuan yang disukai Tink. Aku banyak mendapatkan informasi yang semakin membuatku hancur mengenai Tink. Rupanya Tink sudah mengungkapkan perasaannya kepada adik kelas itu, padahal aku yang sudah yakin bahwa Tink tahu akan persaanku dan akupun begitu, tetap saja Tink belum mengungkapkan kepadaku dengan jelas atas perasaannya. Hingga hari ini pun masih tertanam dalam nuraniku bahwa ia hanya mempermainkanku. Tink belum memahami artinya mencintai, Tink hanya sebatas suka padaku, tidak cinta.

“Ah, betapa bodoh diriku!”, Ku ucap begitu pada Tank saat aku mencurahkan seluruh kekecewaanku atas sikap Tink. “Aku nggak akan pacaran! Pacaran hanya kesenangan sesaat, itupun hanya saat diawalnya saja!”, aku ingat, aku juga pernah menegaskan itu pada Tank saking aku benci sekali pada teman-teman laki-laki yang menyakiti hati teman-teman perempuanku. Beberapa teman perempuanku menceritakan pengalamannya ketika pacarnya yang sudah jauh berbeda dari saat pertama kali jadian. Aku yang tak sanggup berada di posisi mereka. Tapi Tank tak percaya padaku, dia melawanku dengan kalimat, “Hallah, kalau Tink balik lagi menyukaimu, kamu pasti akan menerimanya kan?,”. Gleger!! Bagai halilintar menyambar. Aku menjadi bimbang atas perkataanku. Terlebih aku tidak mengimbanginya dengan berhenti untuk mengharapkan Tink, dan tetap menyelidikinya dengan adik kelas.

Disamping Tank dan Tink yang saat itu sedang menjadi bahan pikiranku, masuklah Tunk sebagai tokoh baru dalam kisahku. Tunk masuk dalam kehidupanku disaat ia sedang dirundung masalah dengan pacarnya bernama Rosa, yang lagi-lagi kami semua adalah teman sekelas. Aku menceritakan kegelisahanku tentang Tink, dan dia menceritakan tentang Rosa. Aku suka perbincanganku dengan Tunk, karena Tunk dapat mengerti dan paham masalahku tanpa aku harus mengungkapkan panjang lebar secara langsung.

Suatu hari Tunk mengajakku jalan-jalan ke Sunmor bersama teman-teman, tanpa Rosa. Namun sayangnya waktu itu aku tidak bisa. Gleger!! Halilintar menghantam tubuhku lagi seketika saat aku mendapati balasan sms dari Tunk, bahwasanya ia salah mengirim sms ajakkannya kepadaku itu ke Rosa. Panik dan cemas sekali aku. Mungkin lebih-lebih pada Tunk. Aku takut difitnah dekat melebihi teman dengan Tunk, padahal sangat jelas dalam cerita Tunk padaku bahwa Tunk masih sangat menyayangi Rosa.

Keesokkannya aku tak berani menghampiri Rosa. Rosa yang pagi itu duduk dibarisan paling belakang sudah terlihat menunduk sambil menahan tangisnya, dengan disebelahnya ada Zia, sahabatnya yang terus berusaha menenangkannya. Sementara itu aku sudah kewalahan dalam gelisahku sendiri, dan tak begitu mengerti jelas keadaan Tunk yang tiba-tiba harus diantarkan salah seorang teman untuk ke UKS. Belakangan aku baru tahu kalau atsma Tunk kambuh. Ternyata Tunk lah yang paling merasa kecewa atas kejadian itu hingga akhirnya ia harus beristirahat sejenak.

Saat diberi waktu untuk ganti baju sebelum jam pelajaran olahraga, Rosa, dengan kebesaran hatinya menjenguk Tunk di UKS, mereka rupanya saling meminta maaf dan memulai menjalani lembaran baru. Ketika pelajaran olahraga berlangsung, Rosa mulai menghampiriku, kemudian kami banya bercerita terutama tentang Tunk, hingga akhirnya Rosa menjadi teman dekatku. Ia percaya padaku bahwa aku tidak menyukai Tunk lebih dari teman.

Kembali lagi pada Tank. Dikabarkan bahwa Tank akan pindah sekolah dalam waktu dekat, aku tak mengerti apa alasannya. Padahal saat itu aku sedang merasakan kesenangan berteman dengan teman seperti Tank yang cerdas, sederhana, kocak, gokil, periang, dan mudah bergaul kepada semua orang. Dan yang paling kusuka, ia tidak menspesialkan teman perempuan yang sering berkocak ria dengannya, dalam arti dia dapat mengendalikan perasaannya. Dulu pikirku begitu. Namun lama-kelamaan, semakin terbongkar sebuah fakta yang mengejutkan bahwa Tank telah mengaku suka padaku kepada teman-teman perempuan dan teman laki-laki dekatnya, termasuk pada sahabat perempuanku sendiri. Aku terkejut bukan kepalang, aku tak bisa mengelak kalau sudah seperti ini. Apalagi tidak ada satu orang pun yang tidak setuju apabila kita di”semakin-dekatkan”. Tidak dapat kujelaskan perasaanku kala itu.

Aku sebal sekaligus senang sekali apabila mengingat bahwasanya Tank ternyata sama sekali tidak ada berencana untuk pindah sekolah, ternyata ia sudah bekerjasama dengan teman-temanku untuk mengujiku, apakah nantinya aku akan sedih apabila harus kehilangan dia, namun kesedihan itu diprasangkakan bahwa aku juga suka padanya, atau ekpresi yang bertolakbelakang. Yang jelas pada hari Selasa itu, ketika aku dan teman-teman perempuan sedang berganti pakaian olahraga di kamar mandi putri karena akan melanjutkan pelajaran olahraga, salah seorang temanku dengan ekspresinya yang penuh dengan kecewa mengungkit berita simpang siur kepindahan Tank. Kemudian setelah sebagian teman-temanku keluar, aku baru berani membuka mulutku dan berani memastikan hal tersebut kepada temanku yang aku kira paling dekat Tank, setelah perbincangan jauh mengenai Tank, tiba-tiba kami berdua sudah penuh dengan linangan air mata, aku membayangkan betapa hampanya duniaku akan jadinya apabila Tank benar-benar pergi, dan aku kemudian benar menyadari bahwa air mata itu telah menegaskan bahwa cinta telah ada dalam sanubariku.

***

Malam tanggal 21 February 2009, Tank mencurahkan isi hatinya padaku. Hatiku sangat terguncang hingga aku menitikkan air mataku karena aku bingung, senang, dan sangat terharu oleh kata-katanya. Aku tidak langung membalasya, aku tinggalkan ia untuk sejenak aku terlelap dalam hati dilemaku. Dan peristiwa itu menjadi sejarah bahwa aku pernah mengalami dilema besar.

Esok pagi aku berdoa agar diberi petunjuk untuk menjalani keguncangan hatiku. Ups, hpku berbunyi, lagi-lagi aku genggam hpku dengan ketakutan yang teramat sangat. Yah, sudah kuduga itu sms dari Tank. Tank menanti jawabanku. Aku tak mengerti bagaimana keadaan dan pikiran yang saat itu berkecamuk, dan membuat aku memutuskan untuk semakin dekat dengan Tank. Aku memegang kepercayaan atas Tank, bahwa Tank tidak akan main-main, dan tidak akan menyakitiku. Dan dalam sekejap Tink sudah kulepas dengan ikhlas.

Aku dengan Tank adalah potret episode cerita hidupku yang paling istimewa sekaligus paling mengecewakan. Aku tak lama dengan Tank. Diakhir-akhir kedekatan kami, Tunk mengungkapkan perasaannya padaku. Tank seringkali dibuat Tunk cemburu, karena didepannya aku terlalu dekat dengan Tunk. Aku akui Tunk memang lebih cepat menguasai hatiku daripada Tank. Tapi aku, hingga saat ini pun, tidak memiliki perasaan pada Tunk melebihi sahabat. Saat itu Tunk yang sudah resmi pisah dari Rosa, dan sudah memiliki kekasih baru, hanya menyatakan bahwa ia sadar akan perasaannya yang lebih kepadaku setelah ia jadian dengan adik kelas. Aku tersentak, aku tak bisa melarangnya untuk suka padaku. Aku merasa tidak memberi harapan padanya, terlebih lagi dia tahu bahwa aku hanya menyayangi Tank.

Mendekati Ujian Nasional akan tiba, aku sudah tidak lagi mengenal Tank yang dulu. Aku jarang berjumpa, apalagi berbincang dengannya. Saat kenaikan kelas beberapa bulan lalu, aku pisah kelas dengan Tank dan Tunk, tapi masih satu kelas dengan Tink. Benar-benar sangat hancur keadaanku, aku juga berpisah dengan Rosa, dan sahabat-sahabatku yang satu kelas dengan Tank dan Tunk. Aku tak tahu lagi harus bangkit dengan cara apa lagi.

Aku lebih sering merenung waktu itu, aku merasa banyak kesedihan yang merundungku. Tapi syukurlah aku dapat dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan baruku, dan segera menemukan sahabat-sahabat baru lagi, dan Tunk adalah salah satunya, bahkan hingga saat ini. Aku suka menyendiri, berdiam, dan memikirkan sesuatu yang menjadi masalahku. Apalagi saat Tank menjauh dariku, sakit itu tak bisa aku obati dengan instan. Tapi aku tidak mengharapkan Tank dan aku akan dekat seperti dulu. Justru hal itu sudah kuharapkan sebelum Tank menjauhiku, tapi aku tak tahu bahwa seperti ini akan rasa perihnya. Dari peristiwa itu banyak sekali hikmah yang aku dapat.

***

Allah telah mengabulkan do’aku untuk mengantarkanku kepada jalan yang lurus, namun harusku lewati proses suram dahulu. Syukurlah aku memiliki kemampuan untuk memikirkan dan menyadari hal itu, aku terus dan terus bersyukur atas cobaan apapun yang menimpaku. Dan setelah perenungan lamaku, aku mulai memaafkan Tank, dan tidak menyesali kedekatan yang dulu pernah kujalin dengannya. Dia adalah salah satu seseorang yang telah mengubah pola pikirku untuk menjalani hidupku selanjutnya. Aku juga banyak belajar memahami sifat oranglain, belajar mencintai seseorang dengan sederhana, dan tidak diungkapkan dengan berlebihan, karena kita masih menjadi seorang remaja yang memiliki emosi labil, suka mengambil keputusan tanpa diyakini betul keputusan itu.

Kesedihanku harus kuakhiri dengan senyum penuh bangga ketika kami semua dinyatakan lulus, dan segera memupuk semangat tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di sekolah yang kami impikan masing-masing. Walaupun nilai yang kuraih tidak begitu tinggi, tapi aku tidak terpuruk begitu saja, aku yakin akan dapat sekolah yang akan membuatku lebih baik baik dan aku dapat memeluk mimpiku. Aku cukup bangga oleh teman-teman terdekatku yang mendapat nilai sesuai dengan harapannya. Tunk dan Tank berhasil masuk 5 besar Nilai Ebtanas Murni tertinggi di angkatanku, dan terdaftar di SMA Negeri ternama di kotaku. Termasuk juga Tink, ia masuk SMA Swasta terbaik.

Hingga hari ini, tanggal 22 Mei 2011, aku tidak pernah berbincang dengan Tank, yang aku ingat terakhir kali Tank berbicara denganku ketika dia mengucapkan selamat ulangtahunku ke-15. Aku memastikan bahwa aku tidak memiliki perasaan lagi pada Tank satu hari setelah ia berulangtahun ke-15. Namun tali silaturahmi kami lewat akun jejaring social internet masih terjalin. Dan Tink, aku malah tidak begitu dekat dengannya setelah kita pisah kelas dengan Tank, Tunk, dan lainnya. Tink sudah asyik dengan dunianya yang tak kumengerti. Apalagi setelah lulus, kami sudah terjun dalam dunia baru masing-masing. Aku tidak tahu kabar mengenai dia lagi. Kemudian Tunk, aku baru saja mengunjungi event yang diadakan sekolah Tunk seminggu yang lalu, walaupun sekarang kita sudah tidak sedekat ketika kita satu sekolah, tapi hubungan persahabatan masih melekat erat di hati kita.

Jumat, 13 Mei 2011

HUJAN


Apakah harus ku letakkan penyesalan pada selubung langit biru

Agar hujan meluluhkan semuanya?

Apakah hujan dapat bantu aku tuk teteskan kekecewaanku didalamnya?

Apakah deras hujan yang selama ini tutupi langkah kepergiannya?

Apa saja yang kau sembunyikan dariku, hujan?

Aku tiada firasat mengenaimu,

Ku kira kau tahu ketidakberdayaanku ini,

Tapi kau selalu begini,

Semakin tak membuatku mengerti.

13 Mei 2011/9:52 PM