Jujur saja, aku mulai memikirkan hidupku setelah aku mulai menginjak kakiku di jenjang MAN ini. Disini aku dipertemukan banyak sesuatu yang membuatku semangat, bingung, diam, berlari, dan yang lain yang belum pernah benar-benar aku sadari. Mungkin memang aku orangnya mudah terperngaruh dengan oranglain. Hanya saja kali ini aku agak lebih dewasa dari aku yang SMP, aku, yang dibantu dengan pemikiran luar biasa teman-temanku, dapat menunjukkan keberanian yang sama sekali tidak nampak dipelupuk mata teman-temanku yang martabat hakikat keimanannya jauh lebih tinggi dariku. Syukur yang tak berkesudahan selalu kuhaturkan padaMu, Ya Allah, Sang Penguasa Seluruh Jagad Raya. Aku tak menyangka akan seperti ini jadinya pilihanMu untuk jalanku.
Lagi ku ucapkan Alhamdulillah, kini aku menyadari bahwa aku baru sedikit sekali sesuatu yang aku lakukan untuk Tuhanku, oranglain, serta lingkungan dimanapun ku berada. Saking sedikitnya, kini, di lingkungan madrasahku, terutama di kelasku, aku merasa bak bayi baru lahir yang masih harus diajari caranya merangkak, berbicara, makan, yang dimana hal itu merupakan suatu kemampuan dasar yang dilakukan sehari-hari oleh manusia. Seperti itulah aku di kelasku, aku lebih banyak diam apabila teman-temanku mulai menunjukkan atraksinya memperlihatkan wawasan mereka, menceritakan pengalaman-pengalaman bermakna mereka, dan mengkritisi segala gerak-gerik yang sedikit mengganggu ataupun belum mencapai kedalaman pemikiran mereka. Aku kagum sekali. Aku ingin seperti mereka. Sebenarnya aku memendam bertumpuk-tumpuk rasa malu, benar-benar aku malu karena aku masih jauh tertinggal dari mereka, mereka yang berlatarbelakang jelas, sukses, dan membanggakan.
Walaupun begitu aku bangga pada diriku karena aku dikaruniai oleh hati yang peka. Aku seketika sadar akan kelebihanku dan kekuranganku. Aku menyadari kelebihan yang tak nampak seperti yang kukatakan tadi. Aku mempunyai kemampuan untuk menyadari dan mengubah diriku menjadi lebih baik, aku akan segera lakukan apa saja untuk memendam amarahku dan mendamaikan hatiku, aku akan berbesar hati menerima kekalahan walau terkadang masih nampak kekecewaan pada raut wajahku. Dan aku menyadari kekuranganku, dan ketertinggalanku di masa lampau.
Subhanallah, setiap detik yang kulalui di madrasah ini adalah pembelajaran. Aku sadar hal itu, karena aku meniatkannya. Aku banyak mengenal sesuatu baru disini. Aku mulai memperdalam dengan kesungguhanku tentang Islam sebagai agamaku, pedomanku, seluruh gerak-gerikku dikendalikan oleh Islam. Ah, aku. Sudah berbalut-balut malu jika aku membicarakan ini. Aku yang berstatus alumni salah satu sekolah berbasis Islam di kota ini, dan lulus tanpa membawa apa-apa, kecuali ijazah, dan kenangan yang ku anggap lumayan runyam dan semakin kosong ketika aku bandingkan dengan keadaanku saat ini. Tapi itulah proses perjalananku mengarungi hidup yang apabila kita syukuri begitu nikmat dan berlimpah-limpah keindahannya. Walau aku punya masa lalu yang suram, tak jelas, dan tak pantas menjadi kebanggaan, aku akan pupuskan dengan kesungguhan yang penuh. Hingga tak ada lagi ruang untuk hal itu bersinggah di hidupku.
Disamping itu, aku baru-baru mengenakan kerudung, dan hal itu benar-benar aku sungguhi. Sejak 3 tahun yang sebelumnya aku memang sudah mengenakan kerudung, namun rupanya keadaan di sekitarku kurang begitu mendukung dan memantapkan hatiku. Teman-temanku sebelum aku masuk ke jenjang ini, sebagian besar masih lepas kerudung apabila tidak berada di kawasan sekolah, aku mendapati itu pada foto-foto akun jejaring sosial internet yang mereka punya, mereka bergaya dengan busana yang tidak sebanding dengan busana di sekolah. Termasuk keluargaku yang kala itu aku rasa tak begitu banyak mengomentari busanaku, yang menurutku kala itu aku sebagai muslimah pantas menggunakannya, yaitu, kerudung pendek, celana jins agak pensil, kaos pendek diselubung jaket. Ibuku sama seperti halnya denganku, beliau baru saja masuk dalam organisasi Islam yang cukup ternama, beliau sama keadaannya denganku dalam keinginannya menguasai agama Islam. Kalau Bapak, aku belum begitu paham tentang sampai sejauh mana beliau menempuh perjalanannya dalam penguasaan agama Islam, karena beliau pekerjaan beliau yang berada provinsi seberang, yang membuatku terpisah jarak oleh beliau, sehingga aku tak sebegitu intensif memerhatikannya. Namun dengan pendidikannya yang tinggi, akalnya yang pintar, dan pekerjaannya sebagai salah satu petinggi di kantornya yang berbasis Islam, agaknya dapat membuktikan kesungguhan beliau akan pemantapan keyakinannya.
Pacaran adalah hal yang mutlak diharamkan dalam agama Islam, namun hal itu adalah hal yang biasa dalam sekolahku, bahkan di kelasku ada beberapa pasang. Pergaulanku saat itu memang belum tertata rapi, aku yang belum paham tentang adab pergaulan seorang muslimah kepada seorang muslim saat itu hanya mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang aku dapati di hari-hari sebelumnya, ditambah lagi sebelumnya aku bersekolah dasar berbasis umum yang semakin tidak membatasi pergaulan antara laki-laki dengan perempuan. Aku saat SD masih berani memukul, berkejar-kejaran, bahkan main tendang salto dengan teman laki-lakiku. Beranjak SMP, mungkin hanya sedikit peningkatan, tapi masih ada-ada saja jahil-jahilan teman laki-laki yang menarik kerudung teman perempaun, menyeret tangan lawan jenis ketika terburu-buru mengajaknya, dan ber-tos-an masih menjadi symbol kekompakan antara laki-laki dan perempuan. Aku yang saat itu polos dan lugu akhirnya terperangkap juga pada kemurkaan pergaulan, dan seketika aku diambrukkan dengan kegelisahan berselimut cinta buta. Aku yang saat itu belum mengenal nikmatnya kesendirian, dalam artian aku lebih suka bergabung dengan banyak orang, tiba-tiba harus diikat sendirian oleh hanya dengan seseorang.
Cinta itu indah, dan sungguh membahagiakan bagi setiap insan yang sedang terlarut di dalamnya, namun ternyata sering terbesit dalam diriku akan semakin jauhnya aku dari dunia yang seharusnya aku berada. Ntah teman-teman yang menjauh dariku, atau aku yang menjauh dari mereka. Syukurlah, hal itu tak berlangung lama, dan na’asnya diakhiri dengan alasan yang tak benar-benar kupahami. Tapi aku banyak belajar tentang cinta dari pengalaman yang paling pahit yang saat itu harus kupendam dari yang pahit-pahit yang pernah kualami.
Aku sangat heran sekali, tak jarang kini aku melamun, duduk menyendiri melihat gumpalan-gumpalan awan berarak menuju timur. Aku dilampiri dengan kebodohanku akan sesuatu yang salah yang baru aku sadari. Semakin aku sadari, semakin aku tampak bodoh.
Sudahlah aku tak mau terus menerus ada dalam posisi keterbelakangan ini, aku akan maju dengan segala ke-aku-an yang sejatinya itulah yang harus kuperbaiki. Aku berbeda jalan dengan teman-temanku. Allah telah merencanakan jalan setiap umatnya yang harus ditempuh, Allah telah memasang takdir di setiap umatnya yang harus dihadapi, dan hanya Allah-lah yang tahu mana yang terbaik untuk umatNya.
Aku merasa hina apabila semakin aku belajar, tapi aku akan lebih hina lagi apabila aku tidak merubahnya. Sungguh perumpamaan manusia itu adalah benar-benar hina, rendah, kecil, yang tak bisa berbuat semau di muka bumi Allah yang sedang mengembara mencari petunjukNya dan mau belajar untuk menambahkan ketaqwaan kepadaNya. Kini dari hal-hal pahit yang aku hadapi di masa lalu, aku banyak belajar bersyukur karena Allah telah memberi aku kesadaran akan kesalahanku, semangat yang berkobar untuk meluruskan pengembaraanku menuju gemilang di jalan Allah, dan kesempatanku untuk melakukan perubahan besar-besaranku.
Kini di madrasah, aku kerap pula diberi kesempatan untuk mengikuti ajang-ajang kompetisi. Bukannya aku ingin menyombongkannya, namun itulah suatu bukti besar perubahanku, dahulu SMP aku tidak pernah membayangkan dapat mengikuti lomba ini dan itu, karena memang jarang tawaran lomba datang, paling-paling olimpiade untuk 3 orang temanku yang itu-itu saja. Lomba pertama yang aku ikuti adalah Karya Tulis Ilmiah, awalnya hanya coba-coba saja, namun saat itu keberuntungan tengah menghampiriku, dan Alhamdulillah, kelompok KTI ku keluar menjadi juara 1 se-DIY. Kemudian pengalaman lomba yang telah aku dapat selain itu adalah mengikuti lomba menulis resensi, menulis essay, menulis KTI, menulis puisi, olimpiade kebumian, menjadi tim kesehatan dari Saka Bakti Husada. Dan sekarang ini aku sedang mempersiapkan lomba pidato bahasa Inggris yang akan diadakan oleh penerbit buku Erlangga. Walaupun tak jarang pula aku keluar bukan sebagai pemenang, tapi minimal aku mempunyai keberanian dan mau mengasah kemampuanku untuk mengikuti ajang kompetisi.
Syukur tak berkesudahan aku persembahkan kepadaMu, Pemilik Semesta Alam. Sembah sujudku walau masih terasa hampa bagiMu, aku akan mengisinya dengan iman yang akan terus berbuah dari hasil pembelajaranku. Luruskan niat tulusku ini, Ya Allah.