Tanggal 7 Mei 2010 adalah hari yang sangat saya dan seluruh peserta UN SMP di Indonesia tunggu-tunggu. Tepatnya hari Jumat pukul 10.00 WIB, hasil perjuangan selama 3 tahun kami akan diumumkan.
Pukul 9.20 saya dan ayah saya berangkat naik sepeda motor, tapi tidak langsung ke sekolah karena harus mengantarkan baju ganti adik saya ketinggalan. Namun tidak disangka-sangka, sepulang dari sekolah adik saya, ban belakang motor bocor. Untungnya saja lokasinya tidak terlalu jauh dari tukang tambal ban. Tapi ayah saya langsung memberi tahu kalau proses penambalan ban butuh waktu yang tidak singkat, padahal setengah jam lagi sudah pengumuman. Wajah saya seketika cemberut, dan itu membuat istri tukang penambal bannya itu bertanya, “Buru-buru nggih pak?,” . Ayah saya menjawab, “Iya bu, sekarang anak saya pengumuman kelulusan jam 10 nanti”. Dan ternyata sesuatu yang tidak disangka, ibu itu lalu menawarkan pinjaman sepeda motor miliknya kepada kami. Dan sepeda motor kami ditinggal untuk ditambal. Kami pun berangkat dengan penuh rasa berterimakasih dan bersyukur :)
Sesampainya di gang Ontoseno, saya diturunkan lalu bergabung dengan teman-teman, kami berbincang-bincang tentang kelulusan di sekolah-sekolah lain, ada juga teman saya yang SMSan dengan orangtuanya untuk menanyakan apa saja yang bu Heri katakana di dalam unit 2
Saya menunggu ayah saya menerima nem di depan kelas 9.2 sambil ngalor-ngidul menanyakan nilai teman-teman yang lain. Saya ikut terharu melihat ekspresi mereka yang sangat kegirangan karena mendapat nem 30 ke atas, mereka sangat optimis bisa masuk SMA Negeri, karena katanya rata-rata tahun ini menurun. Tapi kalau menurut saya sendiri, soal UN tahun ini imbang, tidak terlalu sulit ataupun mudah, padahal ini baru menurut saya sebagai siswa yang tidak begitu pintar, padahal ada bejibun orang yang lebih pintar dari saya.
“Naila Faiza Rahmasita”, bu Sutini selaku wali kelas saya menyebutkan nama saya. Hati sayaberdegup sangat cepat. Dan tereng-terenggg!!! Ayah saya keluar dengan ulasan senyum, saya tidak begitu mengerti itu pertanda apa. Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillah…. Memang sih bagi saya kurang memuaskan, tapi bisa dibilang jumlahnya cukup lumayan, yaitu 34,5. Terdiri dari Bahasa Indonesia dapat 8,80; Bahasa Inggris dapat 8,20; Matematika dapat 9,50; dan IPA hanya 8,00. Dan impian saya memasuki 10 besar pun pupus seketika, saya mengetahui dari teman saya yang mendapatkan nem 35,35 itu sudah di urutan ke-10.
Memang nem segitu sudah termasuk tinggi dikalangan sekolah saya, namun begitu saya bertanya dengan teman-teman dari sekolah lain badan saya langsung lemas, karena sebagian besar rata-rata mereka 9.
Awalnya saya sempat frustasi dan pesimis, saya ingin sekali bisa masuk SMA unggulan, tapi apa bisa dengan nilai segitu, apalagi C1 saya Sleman. Tapi saya tidak patah semangat, saya terus berdo’a untuk diberi petunjuk untuk mendapatkan sekolah yang terbaik. Karena belum tentu keinginan kita itu adalah keputusan yang terbaik, maka janganlah kita terlalu berharap dengan keinginan kita sendiri.
Alhamdulillahirobbil’alamin, Allah mendengar do’a saya begitu cepat, sehabis sholat subuh saya dipanggil ayah, beliau menunjukkan berita di Koran KR yang judulnya “Mayoga buka kelas Internasional”. Ntah mengapa, perasaan saya berubah seketika, saya senang sekali, karena memang sekolah seperti itulah yang saya cari-cari. Negeri, namun sangat menjunjung tinggi agama Islam, lalu sudah sekolah Proyeksi Madrasah Beraraf Internasional (PMBI), dan hanya berjarak 1,5km dari rumah.
Allah memang paling mengerti keinginan umatnya, saya merasa mendapatkan banyak sekali hikmah dari semua kejadian ini. Mungkin SMA Negeri bukan jalan saya yang terbaik, sempat sebelumnya saya sangat menginginkan SMAN 1 Yk, SMAN 2 Yk, SMAN 1 Sleman, sampai Taruna Nusantara pun juga saya lirik, namun ada saja halangan untuk mencapainya. Sebenarnya saya sudah diterima di SMA Muhammadiyah 1 (MUHI) di kelas Serifikasi Internasional. Tapi sejalan dengan waktu, saya menjadi kurang sreg bila sekolah disana, biaya pendaftarannya saja sudah seperti harga motor. Belum lagi dengan biaya perbulannya yang mencapai 4 kali lipat dari SMA Negeri. Bukannya saya tidak ada biaya, tapi saya hanya khawatir akan lingkungan disana yang murid-muridnya serba mewah, apalagi mungkin yang di kelas saya. Dan lagi menurut saya, biaya tersebut hanya terjangkau oleh kalangan menengah atas.
Hidup ini akan berujung dengan kematian, bukan dari asal sekolahnya. Jadi, sangat disayangkan apabila kita tidak memilih sekolah yang berwawasan islami. Saya tidak ingin bila di SMA tidak mendapat ilmu agama seperti di SMP, apalagi masa-masa SMA adalah masa yang penuh dengan gejolak jiwa ataupun saat-saat yang sering diberi pegaruh-pengaruh yang negative maupun positif. Oleh karena itu, bila kita berada di lingkungan yang islami, maka tanpa terasa diri kita sudah mempunyai benteng yang kokoh untuk selalu melakukan segala yang benar di mata Allah.
Semoga pilihan saya untuk masuk di Mayoga adalah pilihan saya dan Allah. Dan bagi teman-teman yang tidak diterima di sekolah yang diinginkan, janganlah putus asa, terus berdoa meminta petunjuk dan jalan terbaik. Insya Allah, hatimu perlahan akan tergerak dengan sendirinya menuju sekolah yang pastinya terbaik untukmu. Good Luck :)