Manakala hati
menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat
cinta menemui cinta
Suara sang malam dan
siang seakan berlagu
Dapat aku dengar
rindumu memanggil namaku
Saat aku tak lagi di sisimu
Kutunggu kau di
keabadian
Aku tak pernah pergi,
selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh,
selalu ada di dalam hatiku
Sukmaku berteriak,
menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada Maha
Cinta menyatukan kita
Saat aku tak lagi di sisimu
Kutunggu kau di
keabadian
Cinta kita melukiskan
sejarah
Menggelarkan cerita
penuh suka cita
Sehingga siapapun insan
Tuhan pasti tau
Cinta kita sejati…..
Saat aku tak lagi di sisimu
Kutunggu kau di
keabadian
Cinta kita melukiskan
sejarah
Menggelarkan cerita
penuh suka cita
Sehingga siapapun insan
Tuhan pasti tau
Cinta kita sejati…..
Lembah yang berwarna
Membentuk melekuk memeluk kita
Dua jiwa yang melebur
jadi satu
Dalam kesunyian cinta
Cinta kita melukiskan
sejarah
Menggelarkan cerita
penuh suka cita
Sehingga siapapun insan
Tuhan pasti tau
Cinta kita sejati…..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Siapa yang sudah pernah menonton film "Habibie & Ainun" pasti kenal dengan lirik diatas. Ya, lirik yang dilantunkan oleh Bunga Citra Lestari adalah OST soundtrack film "Habibie & Ainun" yang beberapa waktu lalu telah memukau masyarakat Indonesia. Kisah cinta mantan presiden Indonesia ke-3 ini awalnya dituangkan dalam bentuk buku yang dikarangnya sendiri, lalu diterbitkan pada tanggal 30 November 2010 dan menjadi salah satu buku best seller setelah dinyatakan laris terjual sebanyak 50.000 copy hanya dalam kurun waktu 3 bulan. Kemudian dengan disutradarai oleh Faozan Rizal, cerita ini diangkat menjadi film yang diperankan langsung oleh Reza Rahardian sebagai pak B.J Habibie dan Bunga Citra Lestari sebagai bu Ainun.
Kisah hidup yang sangat menginspirasi. Romantika cinta dan keindahan yang menggelimang selalu bersemayam di kedua insan sejati ini, pak Habibie dan bu Ainun. Sungguh mengharukan ketika kita tahu perjuangan mereka mewujudkan mimpinya, melawan hantaman gelombang kehidupan yang tidak mudah, dan kebersamaan yang tidak pernah hilang sepelik apapun hidup. Sungguh menyentuh.
Aku mulai meneteskan air mata, saat adegan pertama kali bu Ainun naik pesawat menuju Jerman, ia terlihat sangat ketakutan, lalu pak Habibie berusaha menenangkannya. Berlatar pendidikan tehnik mesin di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hoschule Aachen-Jerman, pak Habibie lalu menjanjikan bu Ainun sebuah pesawat yang akan dibuatnya sendiri. Aku tak habis pikir, begitu kuatnya janji itu hingga membutuhkan waktu 32 tahun untuk memenuhinya. Ya, dengan keuletan, kejeniusan, dan kesabaran yang ia miliki, janji itu terpenuhi pada tahun 1995. Pesawat yang dinamai Gatotkaca N-250 adalah buah karyanya yang luar biasa membanggakan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan memukau dunia. Pesawat tersebut merupakan pesawat pertama yang diciptakan langsung oleh negeri sendiri.
Tidak hanya kemajuan teknologi yang berhasil ia pionirkan demi kemajuan bangsa ini. Ia juga merambah ke dunia politik, dimulai dari pengangkatannya menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan masa jabatan selama 20 tahun, kemudian menjadi wakil presiden Indonesia pada tanggal 14 Maret-21 Mei 1998, hingga 2 bulan kemudian ia diangkat menjadi Presiden Indonesia dengan masa jabatan 1 tahun 5 bulan. Sungguh anugerah karier yang luar biasa ia dapatkan.
Behind every great man, there's stands a great woman. Pepatah itu menjelaskan bahwa sesungguhnya dibalik kesuksesan seorang laki-laki, ada sebuah kekuatan yang kokoh dari sesosok perempuan. Bu Ainun merupakan kekuatan dari kesuksesan pak Habibie. Kehebatannya telah terbukti semenjak dari awal pernikahan mereka. Bu Ainun harus rela berpisah dengan seluruh kehidupannya di Indonesia demi menemani suami tercinta yang tengah menempuh studi teknik Mesin hingga S3 di Jerman. Ia pun rela menghentikan cita-citanya sebagai Dokter Anak demi mengurus keluarga kecilnya. Kemudian seiring melesatnya karier pak Habibie hingga titik puncak jabatan menjadi presiden Indonesia, rintangan dan cobaan tak henti menggoncangkan batin keduanya. Namun sesibuk apapun pak Habibie mengurus tanggung jawabnya, bu Ainun sangat setia menemaninya walaupun sampai larut malam, ia pun tak lelah sedikitpun mengingatkan pak Habibie untuk minum obat karena pak Habibie mengidap penyakit TBC. Bu Ainun juga sabar menghadapi sifat pak Habibie yang cenderung keras kepala, namun sekeras apapun itu, pak Habibie selalu dapat diluluhkan sang istrinya.
Penyakit kanker ovarium yang telah disembunyikan bu Ainun selama 2 bulan dari pak Habibie menjadi akhir dari penghujung kisah asmara mereka berdua. Bu Ainun meninggal pada tanggal 20 Mei 2010 karena penyakit yang dideritanya tersebut. Dipenghujung usia bu Ainun, pak Habibie senantiasa berada disisinya hingga hembusan nafas terakhir.
Berdasarkan dari pemaparan diatas, aku ingin mengadopsi kisah Ainun dan Habibie dalam cerita hidupku. Semoga kebadian mereka dimiliki pada kedua orangtuaku, dan juga kisahku dengan laki-laki pilihanku, suatu saat nanti... :)



